Pengutang Usia Muda Mendominasi Gagal Bayar pada Pinjol

- Generasi muda mendominasi kredit bermasalah pada fintech P2P lending atau pinjol.
- Peminjam individu mendominasi pada 74,74 persen, dengan pengutang usia 19-34 tahun mencapai 52,01 persen dan usia 35-54 tahun 41,49 persen.
- Anak muda biasanya memilih layanan keuangan berbasis teknologi seperti pinjol dibandingkan perbankan konvensional.
Jakarta, FORTUNE - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan adanya dominasi generasi muda dalam ihwal kredit bermasalah pada platform fintech P2P lending atau pinjaman online (pinjol).
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, Agusman, mengatakan pendanaan bermasalah pada industri tersebut mencapai Rp2,01 triliun pada Desember 2024.
Dari jumlah tersebut, peminjam individu mendominasi dengan porsi 74,74 persen.
"Porsi individu tersebut didominasi borrower berusia 19-34 tahun sebesar 52,01 persen, dan usia 35-54 tahun sebesar 41,49 persen," kata Agusman dalam keterangan resmi, Selasa (18/2).
Dia mengatakan penyebab utama kredit macet atau TWP 90 yang tinggi itu adalah rendahnya kemampuan bayar pengutang.
Mengenai hal ini, Ekonom Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda, mengatakan anak muda saat ini memang lebih banyak meminjam di fintech p2p lending atau pinjaman daring. Ini karena penetrasi internet di Indonesia cukup cepat, terutama ke golongan anak muda yang adaptif dengan teknologi.
"Anak muda dengan informasi yang sangat cepat bisa menangkap informasi mengenai pinjaman daring dengan cepat juga," katanya kepada Fortune Indonesia, Rabu (19/2).
Di sisi lain, terjadi perubahan pola konsumsi masyarakat, termasuk untuk layanan keuangan. Menurut Nailul, masyarakat memilih layanan keuangan berbasis teknologi berupa aplikasi, salah satunya pinjol, ketimbang perbankan konvensional.
Pun begitu, kemudahan teknologi tersebut seperti pedang bermata dua. Kemudahan dalam sistem credit scoring pinjaman ternyata mengorbankan kualitas pengutang.
Nailul mengatakan variabel pendapatan seharusnya menjadi faktor utama dalam kualitas tersebut, apalagi anak-anak muda biasanya belum punya cukup pendapatan.
"Seharusnya ada persyaratan khusus untuk peminjam yang umurnya masih belum mencukupi dan belum memperoleh pendapatan yang cukup," ujarnya.
Data perbankan pun dapat menjadi preferensi credit scoring pada platform pinjol demi mengantisipasi kondisi gagal bayar, terutama bagi mereka yang memiliki risiko tinggi.