Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Stimulus Fiskal: Pengertian, Fungsi, dan Contoh di Indonesia

kalkulator di hp
Ilustrasi kebijakan fiskal (unplash.com/Jakub Żerdzicki)
Intinya sih...
  • Stimulus fiskal adalah kebijakan anggaran pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat dan melindungi perekonomian dari tekanan global.
  • Fungsi stimulus fiskal antara lain mendorong pertumbuhan ekonomi, menekan angka pengangguran, dan menjaga daya beli masyarakat.
  • Contoh stimulus fiskal di Indonesia antara lain relaksasi PPh Pasal 21, pembebasan PPh 22 impor, dan subsidi energi serta bantuan langsung.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE – Stimulus fiskal adalah kebijakan anggaran yang ditempuh pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat, mendorong investasi, sekaligus melindungi perekonomian dari tekanan global. Biasanya, instrumen ini diwujudkan melalui belanja negara maupun insentif perpajakan, sehingga roda konsumsi dan produksi tetap bergerak meski ekonomi menghadapi risiko perlambatan.

Penerapan stimulus fiskal terlihat diklaim menambah kinerja ekonomi Indonesia kuartal I/2025. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dalam keterangan resminya, mencatat konsumsi rumah tangga tumbuh 4,89%, didorong oleh beragam kebijakan pemerintah. Contohnya, diskon tarif listrik dan tol, insentif PPN ditanggung pemerintah (DTP) untuk pembelian rumah, hingga PPh Pasal 21 DTP bagi pekerja di sektor padat karya.

Lalu, apa sebenarnya stimulus fiskal, bagaimana cara kerjanya, dan mengapa ia begitu krusial dalam menjaga ketahanan ekonomi? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini!

Apa itu stimulus fiskal?

Secara sederhana, stimulus fiskal adalah kebijakan anggaran yang dilakukan pemerintah untuk menggerakkan perekonomian, terutama saat terjadi perlambatan atau krisis. Bentuknya beragam, mulai dari peningkatan belanja negara, insentif pajak, hingga pemberian subsidi langsung.

Dalam teori ekonomi Keynes, stimulus fiskal dipandang sebagai instrumen penting untuk meningkatkan permintaan agregat ketika daya beli masyarakat melemah. Dengan tambahan belanja pemerintah atau keringanan pajak, uang yang beredar di masyarakat meningkat, konsumsi naik, dan dunia usaha terdorong untuk berproduksi kembali.

Siklus ekonomi suatu negara selalu bergerak antara fase ekspansi dan kontraksi. Saat kontraksi, daya beli menurun, investasi melambat, dan pengangguran meningkat. Di titik inilah stimulus fiskal hadir sebagai bantalan ekonomi. Belanja pemerintah ditambah untuk membuka lapangan kerja, memperkuat daya beli, dan mendorong produksi.

Fungsi dan tujuan stimulus fiskal

Stimulus fiskal tidak hanya berperan dalam pemulihan ekonomi saat resesi, tetapi juga memiliki fungsi jangka panjang, seperti:

  • Mendorong pertumbuhan ekonomi, misalnya lewat pembangunan infrastruktur dan program padat karya.
  • Menekan angka pengangguran, dengan menciptakan lapangan kerja baru.
  • Menjaga daya beli masyarakat, melalui subsidi energi atau bantuan sosial.
  • Mendorong investasi swasta, lewat insentif dan pemotongan pajak.

Dengan kata lain, stimulus fiskal berfungsi sebagai pengaman ekonomi sekaligus pendorong pertumbuhan.

Contoh stimulus fiskal di Indonesia

Indonesia telah beberapa kali meluncurkan stimulus fiskal untuk menjaga perekonomian, baik saat krisis maupun ketika menghadapi tantangan global. Beberapa contohnya adalah:

  • Relaksasi PPh Pasal 21: Pajak karyawan di sektor tertentu ditanggung pemerintah, terutama bagi industri padat karya.
  • Pembebasan PPh 22 Impor: Kelonggaran pajak impor untuk menjaga arus kas perusahaan yang bergantung pada bahan baku impor.
  • Pemotongan PPh Pasal 25 Pengurangan pajak sebesar 30% untuk sektor prioritas demi memperkuat likuiditas.
  • Restitusi PPN dipercepat: Mempercepat pengembalian pajak agar perusahaan memiliki likuiditas lebih baik.
  • Subsidi dan bantuan langsungl Mulai dari subsidi energi hingga insentif perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah.

Kebijakan-kebijakan ini terbukti membantu menjaga daya beli, menopang konsumsi rumah tangga, sekaligus mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi. Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan bahwa APBN harus bekerja optimal untuk menjaga daya beli masyarakat di tengah ketidakpastian global.

Hal senada juga disampaikan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, yang menyebut kebijakan pemerintah seperti pemberian THR, bantuan hari raya, program mudik gratis, hingga diskon belanja mampu mendorong konsumsi masyarakat. Fenomena ini memperlihatkan betapa pentingnya stimulus fiskal sebagai motor penggerak ekonomi nasional.

"Konsumsi rumah tangga tetap menjadi motor penggerak utama ekonomi nasional. Kebijakan Pemerintah seperti pemberian THR, Bantuan Hari Raya, Program Mudik Gratis, dan diskon belanja terbukti mampu meningkatkan daya beli masyarakat selama Ramadan dan Lebaran," ungkap Menko Airlangga dalam keterangan resminya.

Risiko stimulus fiskal

Meski penting, stimulus fiskal juga membawa sejumlah risiko jika tidak dikelola dengan hati-hati, antara lain:

  • Defisit anggaran meningkat, karena belanja lebih besar daripada penerimaan.
  • Inflasi, apabila jumlah uang beredar terlalu tinggi.
  • Distorsi pasar, bila subsidi tidak tepat sasaran.
  • Ketergantungan jangka panjang, jika masyarakat dan pelaku usaha terlalu terbiasa pada insentif pemerintah.

Oleh karena itu, stimulus fiskal perlu dijalankan dengan perencanaan matang, disertai strategi keluar (exit strategy) agar tidak menimbulkan masalah baru di masa depan.

Itulah informasi mengenai stimulus fiskal sebagai salah satu kebijakan paling penting dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional. Melalui belanja negara, insentif perpajakan, hingga subsidi, pemerintah dapat menjaga daya beli masyarakat, mendorong investasi, dan melindungi perekonomian dari risiko perlambatan. Kebijakan ini tetap harus dilaksanakan secara hati-hati agar manfaatnya maksimal tanpa menimbulkan risiko jangka panjang.

Semoga informasi ini bermanfaat!

FAQ tentang stimulus fiskal

1. Apa maksud dari stimulus fiskal?

Stimulus fiskal adalah kebijakan anggaran yang ditempuh pemerintah untuk mendorong perekonomian, biasanya berupa belanja negara, insentif pajak, atau subsidi.

2. Mengapa stimulus fiskal penting?

Untuk menjaga daya beli masyarakat, mengurangi pengangguran, dan mempercepat pemulihan ekonomi saat terjadi kontraksi.

3. Apa bedanya stimulus fiskal dan stimulus moneter?

Stimulus fiskal menggunakan instrumen anggaran (belanja dan pajak), sedangkan stimulus moneter menggunakan instrumen perbankan dan suku bunga.

4. Apa contoh stimulus fiskal di Indonesia?

Beberapa contohnya di antaranya insentif PPN ditanggung pemerintah, relaksasi PPh Pasal 21, subsidi energi, hingga percepatan restitusi PPN.

5. Adakah risiko stimulus fiskal?

Jika tidak dikelola baik, bisa memicu defisit anggaran, inflasi, distorsi pasar, dan ketergantungan jangka panjang.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yunisda DS
EditorYunisda DS
Follow Us

Latest in News

See More

Plt Menteri BUMN Dony Oskaria Janjikan Transformasi Akan Terus Berjalan

19 Sep 2025, 17:21 WIBNews