Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Stok Obat Terapi Covid-19 Langka di Berbagai Daerah

ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Jakarta, FORTUNE - Kelangkaan obat-obatan untuk terapi pasien Covid-19 terjadi di berbagai daerah sejak PPKM Darurat diterapkan awal Juli. Ini terungkap dari hasil pantauan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) terhadap peredaran 11 jenis obat yang terdaftar dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/4826/2021 tentang Harga Eceran Tertinggi (HET) Obat Dalam Masa Pandemi Covid-19.

Temuan Kantor Wilayah (Kanwil) II KPPU di Jambi, Sumatra Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, dan Lampung misalnya, menunjukkan bahwa obat-obatan esensial tersebut hanya tersedia di apotek yang memiliki jaringan nasional. Itu pun hanya 3 jenis, yakni Favipiravir 200 mg, Ivermectin, dan Azithromycin 500 mg. Tak ada satu pun stok obat terapi Covid-19 di apotek-apotek lokal wilayah tersebut. 

"Kelangkaan stok untuk apotek lokal sudah terjadi sejak akhir Juni 2021 karena tidak memperoleh pasokan dari distributor. Kalaupun memperoleh pasokan, sangat sedikit dan dibatasi sehingga tidak memungkinkan stok karena langsung terjual habis," kata Kepala Kanwil II KPPU, Wahyu Bekti Anggoro, dalam konferensi pers virtual, Jumat (30/7).

Hasil pantauan Kanwil IV KPPU di Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT) juga tak jauh berbeda. Di Jawa Timur, obat terapi Covid-19 sulit didapatkan di apotek-apotek resmi. Kalaupun ada, obat tersebut dijual di atas HET yang ditentukan Kemenkes. Alternatifnya adalah menggunakan obat merek lain.

Sementara di Bali, NTB, dan NTT stok obat-obatan esensial tersebut masih relatif normal, tetapi mengalami peningkatan permintaan sekitar 15% sejak minggu ke-3 Juni.

Kepala Kanwil IV KPPU, Dendy R. Sutrisno, mengatakan pihaknya mencoba melakukan pengecekan ketersediaan obat melalui website Farmaplus Kemenkes. Hasilnya, stok obat tersebar di beberapa apotek. Kimia Farma sebagai apotek dengan jaringan paling luas memiliki stok obat terbanyak, disusul apotek K24. 

"Terdapat apotek yang stok obatnya pada website Farmaplus Kemenkes mencapai 200, setelah dicek kosong. Juga terdapat apotek dengan stok obat 4.000 pada website Farmaplus, setelah dicek hanya terdapat 60," ujar Dendy.

Dalam kesempatan sama, Komisioner KPPU, Ukay Karyadi, mengatakan hasil pemantauan secara umum menunjukkan bahwa turunnya ketersediaan obat-obatan di apotek disebabkan kecilnya margin yang tidak mencerminkan biaya serta risiko operasional yang dihadapi.

Selain itu, ditemukan pula bahwa Pedagang Besar Farmasi (PBF) lebih mengutamakan pasokan ke rumah sakit dan klinik dengan pertimbangan urgensi kegunaan mengingat pasien yang dirawat di tempat-tempat tersebut umumnya memiliki gejala yang lebih berat. "Berbagai kondisi ini kemungkinan menjadi penyebab masih langkanya produk obat dimaksud di beberapa toko dan apotek di daerah," jelasnya.

Pemicu lain adalah adanya kewajiban dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk melaporkan distribusi harian. Ini menjadi salah satu alasan bagi para apotek untuk tidak mengadakan obat-obat tersebut. "Kan tadi ada apotek yang mengeluh karena sering diperiksa. Kemudian terkait obat-obat itu, karena marginnya tipis di ritel, lebih baik mereka jualan vitamin saja yang harganya tidak diatur," ujarnya.

Share
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
Hendra Friana
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us