80% Pengguna Fintech Terpusat, Penetrasi Didorong ke Luar Jawa

- 80% pengguna fintech terpusat di Pulau Jawa, mayoritas dari kelompok berpendapatan menengah.
- Ketua Umum AFTECH berharap BFN 2025 memperkuat penetrasi digital fintech dan menjadikan fintech sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional.
- BFN menghadirkan program insentif seperti cashback, discount, referral code, serta berbagai kegiatan edukasi dan literasi di berbagai tempat.
Jakarta, FORTUNE – Laporan Annual Members Survey (AMS) 2024–2025 mencatat adopsi fintech di Indonesia terus meningkat pesat. Namun demikian, industri ini masih dihadapkan pada tantangan literasi dan kepercayaan publik. Tercatat, sebanyak 80 persen pengguna fintech masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, dengan mayoritas berasal dari kelompok berpendapatan menengah (Rp5–10 juta per bulan). Sementara itu, masyarakat berpenghasilan rendah (<Rp5 juta per bulan) dan wilayah non-Jawa masih tertinggal dalam akses layanan keuangan digital.
Untuk itu, Ketua Umum Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH), Pandu Sjahrir berharap peluncuran Bulan Fintech Nasional (BFN) 2025 menjadi momentum untuk memperkuat penetrasi digital fintech dan menjadikan fintech sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional.
“BFN menekankan eksekusi agar inovasi benar-benar menyentuh sektor riil dan UMKM. Sejalan dengan Asta Cita, BFN mendorong transformasi ekonomi digital, peningkatan produktivitas, perluasan inklusi keuangan, serta penguatan talenta digital Indonesia,” tambahnya,” kata Pandu saat konferensi pers di Jakarta, Selasa (11/11).
Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Filianingsih Hendarta menyatakan bahwa digitalisasi telah menjadi motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Ia menekankan bahwa di tengah percepatan inovasi teknologi keuangan dan perubahan perilaku masyarakat menuju transaksi digital, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci utama.
“Hanya melalui sinergi antara regulator, industri, dan masyarakat, transformasi digital dapat berlangsung secara inklusif, berintegritas, dan berkelanjutan. Dalam konteks ini, Fintech kini bukan hanya inovasi, melainkan instrumen nyata untuk memperluas akses keuangan, meningkatkan efisiensi, dan memperkuat daya tahan ekonomi nasional,” kata Filianingsih.
BFN diselenggarakan pada 11 November hingga 12 Desember 2025

Dalam kesempatan tersebut, Ketua Dewan Pengawas AFTECH, Arsjad Rasjid juga menegaskan bahwa fintech telah menjadi bagian penting dari transformasi ekonomi Indonesia. Sejalan dengan Bali Fintech Agenda 2018, fintech berperan sebagai jembatan antara inovasi digital dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Salah satu contoh nyata dari peran ini adalah kolaborasi antara AFTECH dan International Labour Organization (ILO), yang didukung oleh OJK, melalui program ILO Promise II Impact. Program ini mengintegrasikan data Enterprise Resource Planning (ERP) koperasi sapi perah di Jawa Timur dengan solusi fintech, guna meningkatkan profil kredit dan mempermudah akses pembiayaan modal kerja bagi peternak kecil.
“Inisiatif ini menunjukkan arah positif bagaimana teknologi keuangan dapat memperluas inklusi finansial dan memperkuat ekosistem agrikultur,” kata Arsjad.
Ia menyampaikan, sepanjang periode 11 November – 12 Desember 2025, BFN menghadirkan serangkaian program diantaranya program insentif seperti cashback, discount, referral code dari berbagai perusahaan Fintech. Selain itu, terdapat berbagai kegiatan di kampus, komunitas, media, dan ruang publik melalui program edukasi dan literasi, seminar, business matching, investor meet-up, virtual job fair, serta puncaknya terdapat conference & expo di BFN Fest pada 10 - 11 Desember 2025 di The Kasablanka Hall, Jakarta.
Kegiatan ini menargetkan 10 juta penerima manfaat, menghadirkan lebih dari 240 pembicara, dan melibatkan lebih dari 100 perusahaan fintech dari berbagai subsektor. Masyarakat dapat mengakses informasi detail terkait BFN pada website www.bulanfintechnasional .com dan mobile App Bulan Fintech Nasional yang hadir di App Store dan Google Play.


















