Gen Z Takut Kehilangan Pekerjaan karena AI, Benarkah?

Jakarta, FORTUNE - Gen Z dinilai sebagai generasi yang paling paham digital dan memasuki dunia kerja dengan berbagai keterampilan digital. Meskipun demikian, karyawan Gen Z mungkin lebih takut akan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) yang mencuri pekerjaan mereka dibandingkan generasi baby boomer yang lebih senior—dan mungkin kurang maju secara teknologi. Demikian menurut survei terbaru AI Indeed, melansir Fortune.com pada Senin (12/2).
Perusahaan rekrutmen global ini melakukan survei terhadap lebih dari 3.500 pemimpin dan 3.743 pencari kerja di Inggris, Amerika Serikat, Kanada, India, Perancis, Jepang, dan Jerman. Survei menemukan bahwa meskipun seperempat pencari kerja secara keseluruhan merasa takut terhadap dampak AI di tempat kerja, angka ini melonjak hingga lebih dari 30 persen untuk responden berusia antara 18 dan 24 tahun.
Sebagai perbandingan, pada mereka yang berusia di atas 45 tahun, persentase mereka yang merasa takut turun menjadi di bawah 15 persen. “Hipotesis saya adalah pekerja yang lebih tua pernah melihat cerita ini sebelumnya. Mereka hidup melalui kebangkitan PC, mereka hidup melalui kebangkitan internet,” kata Hannah Calhoon, kepala inovasi AI Indeed kepada Fortune.
Apa yang membuat Gen Z merasa terancam? Calhoon mengatakan, andai menempatkan diri pada posisi Gen Z dan memasuki pasar kerja, tentunya menaruh harapan besar untuk karier masa depan. Namun, apa jadinya jika misalnya mendengar dari bank investasi seperti Goldman Sachs bahwa AI dapat menggantikan setara dengan 300 juta orang yang bekerja penuh waktu untuk pekerjaan secara global di tahun-tahun mendatang. Tak heran jika generasi pekerja terbaru—yang tertua berusia 27 tahun—merasa terancam.”