Airbus Rampungkan Akuisisi Spirit AeroSystems Rp7,3 T

Jakarta, FORTUNE - Airbus resmi mengumumkan penyelesaian proses akuisisi atas sejumlah aset strategis milik Spirit AeroSystems, perusahaan penyedia komponen pesawat asal Amerika Serikat, pada Senin (28/4)). Akuisisi ini menjadi tonggak penting dalam restrukturisasi kepemilikan aset Spirit, yang dibagi antara Airbus dan Boeing—dua pemain utama dalam industri penerbangan global.
Kesepakatan ini menjadi akhir dari proses panjang negosiasi yang dimulai sejak tahun 2024, setelah Airbus berhasil menuntaskan berbagai kendala teknis, termasuk persoalan hak intelektual dan pengelolaan operasional. Langkah ini diyakini akan memperkuat jaringan pasokan Airbus, terutama dalam menunjang lini produksi A350, A321, dan A220.
Sebagai bagian dari akuisisi, Airbus akan mengambil alih sejumlah fasilitas manufaktur milik Spirit AeroSystems yang tersebar di Amerika Serikat, Prancis, Maroko, serta Belfast, Irlandia Utara. Pabrik-pabrik tersebut bertanggung jawab memproduksi berbagai komponen penting, seperti badan pesawat tengah untuk A350, bagian sayap untuk A220, dan elemen struktural lainnya bagi A321, yang merupakan bagian inti dari portofolio pesawat komersial Airbus.
Dalam kesepakatan tersebut, Spirit AeroSystems juga menyetujui pemberian kompensasi senilai US$439 juta atau sekitar Rp7,3 triliun kepada Airbus karena perusahaan asal Eropa itu akan mengambil alih unit operasi yang sebelumnya mencatat kerugian.
“Kami optimistis akuisisi ini akan meningkatkan efisiensi produksi dan stabilitas rantai pasok kami,” kata Guillaume Faury, CEO Airbus.
Dukungan untuk proses transisi
Untuk mendukung proses transisi, Airbus juga menyediakan jalur kredit senilai US$200 juta atau kisaran Rp3,3 triliun bagi Spirit AeroSystems. Fasilitas pembiayaan ini diumumkan bersamaan dengan penandatanganan final kesepakatan pada Senin (28/4), dan ditujukan untuk menjaga kelancaran operasional selama masa divestasi, terutama dalam menjamin keberlanjutan produksi komponen untuk pesawat Airbus hingga proses akuisisi rampung pada kuartal ketiga 2025.
Sebagai bagian dari strategi industri yang lebih luas, Boeing juga menyuntikkan dana sebesar US$350 juta (sekitar Rp5,9 triliun) ke Spirit guna memastikan keberlanjutan produksi pesawat-pesawat buatannya.
“Kami berkomitmen menjaga stabilitas pemasok kami selama transisi ini,” ujar Thomas Toepfer, CFO Airbus, melansir Yahoo Finance.
Akuisisi ini diharapkan mampu mengatasi berbagai kendala dalam rantai pasokan yang selama ini mengganggu proses produksi Airbus. Salah satunya adalah keterlambatan pengiriman pesawat A350F akibat gangguan suplai dari Spirit, yang diumumkan pada Kamis (20/2).
Dengan mengambil alih langsung kendali atas fasilitas manufaktur tersebut, Airbus berharap mampu meningkatkan ketepatan pengiriman dan mengurangi biaya produksi. Selain itu, kepemilikan langsung ini akan mengurangi ketergantungan Airbus terhadap pemasok eksternal untuk komponen kritis.
Meski demikian, proses integrasi fasilitas Spirit ke dalam sistem operasi Airbus diperkirakan akan penuh tantangan. “Ini bukan tugas sederhana, tetapi kami yakin dapat mengelola tantangan ini untuk memperkuat posisi kami di pasar global,” ujar Faury, dilansir dari Business Standard.