BUSINESS

Joko Anwar Ungkap Peluang Investasi Film Indonesia Masih Besar

Film bergenre horor masih jadi primadona bagi investor.

Joko Anwar Ungkap Peluang Investasi Film Indonesia Masih BesarSutradara Film 'Siksa Kubur', Joko Anwar. (Fortuneidn/Bayu Satito)
03 April 2024
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Sutradara, Joko Anwar, mengungkapkan peluang dan akses untuk mendapatkan Investasi film di Indonesia masih terbuka lebar dan cukup mudah didapat.

Hal ini salah satunya disebabkan, ketertarikan orang untuk berinvestas di produksi film masih cukup besar.

“Masih banyak orang yang memiliki uang pribadi, baik secara personal maupun dalam rupa perusahaan modal ventura, di mana orang-orang mengumpulkan uang mereka di dalam satu entitas yang dijadikan perusahaan untuk pembiayaan film,” kata Joko dalam screening karya film terbarunya, Siksa Kubur, di Epicentrum XXI, Rabu (3/4).

Joko tak menampik masih ada beberapa produsen film yang kesulitan mendapatkan pendanaan produksi filmnya. Namun, seiring pertumbuhan industri Film Indonesia, ia yakin ke depan akan makin banyak lagi investor yang tertarik berinvestasi di karya-karya film nasional.

Joko meniturkan, secara umum, film di Indonesia tidak saling bersaing layaknya pertandingan olahraga atau ajang pencarian bakat. Alur cerita yang relevan dengan kehidupan para penonton diyakini menjadi salah satu faktor sebuah film bisa diminati penonton. “Bagaimana melibatkan penonton, di mana penonton merasa relate dengan cerita yang ditawarkan,” ujarnya. “Yang dipertahankan di bioskop adalah yang penontonnya tetap ada.”

Horor masih jadi primadona

film
ilustrasi film (unsplash.com/Jakob Owens)

Joko mengamini bahwa saat ini genre film horor masih jadi primadona di Indonesia. Terbukti dengan beberapa film bergenre horor yang sukses di pasar. “Ketika film Indonesia masih sangat ‘muda’, sudah ada film horor Indonesia di tahun 1934 yang berjudul ‘Dua Siluman Ular Putih dan Hitam’. Itu adalah film Indonesia pertama yuang bisa diekspor ke Singapura,” katanya.

Sejak masa tersebut, film Indonesia terus berkembang dan genre horor selalu ada, menjadi jenis yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia dari masa ke masa.

Menurut Joko, hal ini tak lepas dari keberagaman suku bangsa di Indonesia, yang masing-masing memiliki cerita rakyatnya sendiri. Situasi ini membuat Indonesia jadi negara yang punya sumber kepustakaan horor yang besar.

Hal ini bisa menjadi kekuatan  industri film Indonesia, untuk bisa menguatkan pengaruhnya secara global. Meski begitu, fleksibilitas dan keberanian untuk berinovasi dengan genre horor harus terus diupayakan, supaya genre horor Indonesia bisa terus bersaing dengan film-film negara lain yang berkembang dengan pesat.

“Harus fresh, karena kalau tidak, nanti bisa ditinggalkan oleh penonton di Indonesia. Makanya, saya membuat film Siksa Kubur, dengan maksud menghadirkan film horor yang berbeda dari yang sudah ada sebelumnya. Jadi, kami ingin menawarkan sesuatu yang lebih dari sisi penceritaan, dan kami ingin ada kebaruan di situ. Kebaruan jadi kata kunci untuk membuat sebuah industri yang berkelanjutan,” kata Joko.

Siksa Kubur rilis saat Lebaran 2024

Konferensi pers dan Screening film \'Siksa Kubur\', Rabu (3/4).
Konferensi pers dan Screening film 'Siksa Kubur', Rabu (3/4). (Fortuneidn/Bayu Satito)

Related Topics