BUSINESS

Cegah Aksi Boikot Berlanjut, McDonald's Beli 225 Gerainya di Israel

McDonald's dikritik usai Alonyal membagikan ribuan makanan.

Cegah Aksi Boikot Berlanjut, McDonald's Beli 225 Gerainya di Israelilustrasi trademark mcdonalds (unsplash.com/Visual Karsa)
05 April 2024
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Raksasa makanan cepat saji McDonald's akan membeli kembali semua restorannya di Israel menyusul aksi Boikot terhadap merek tersebut sebagai respons konsumen terhadap serangan Israel ke Palestina.

Dilansir dari laman BBC, Perusahaan menyatakan telah mencapai kesepakatan dengan Alonyal, pemilik waralaba McDonalds di negara itu, terkait pembelian kembali 225 gerainya di negara tersebut yang mempekerjakan 5.000 orang.

McDonald's dikritik setelah Alonyal mulai membagikan ribuan makanan gratis kepada tentara Israel. Penjualan di kawasan itu terus merosot sejak konflik dimulai pada Oktober.

Pada Kamis (4/4) kemarin, McDonald's mengatakan telah meneken kesepakatan dengan Alonyal yang telah menjalankan jaringan Golden Arches di Israel selama lebih dari 30 tahun.

Perusahaan asal AS mengatakan bahwa untuk restoran, operasional, dan karyawannya akan dipertahankan "dengan persyaratan yang setara" dan tetap "berkomitmen pada pasar Israel".  Namun, ketentuan rinci mengenai transaksi penjualan tidak diungkapkan.

Aksi Boikot

Aksi boikot terjadi di sejumlah negara berpenduduk mayoritas Muslim seperti Kuwait, Malaysia dan Pakistan. Banyak dari negara dengan mayoritas muslim menyatakan akan menjauhkan diri dari perusahaan tersebut karena dianggap mendukung Israel.

Protes pun terjadi di seluruh dunia ketika boikot akar rumput turut menyebar ke luar Timur Tengah.

Pada Januari lalu, perusahaan rantai makanan global mengakui bahwa konflik tersebut “memiliki dampak yang berarti” terhadap kinerjanya, dimana bisnis di Perancis, Indonesia dan Malaysia ikut terkena imbas, meskipun perdagangan di Timur Tengah mengalami  dampak yang paling parah.

Kepala eksekutif Chris Kempczinski menyalahkan reaksi buruk tersebut akibat "informasi yang salah" dan menyebabkan keuntungan McDonalds tergerus dan perusahaan gagal mencapai target penjualan kuartal pertamanya dalam empat tahun terakhir.

Misinformasi Konflik

Penjualan McDonald's menurun akibat boikot Israel-Gaza. Boikot tersebut digambarkan oleh McDonald's sebagai tindakan yang mengecewakan dan tidak berdasar.

Perusahaan ini semula bergantung pada ribuan bisnis independen dan mengoperasikan sebagian besar dari total lebih 40.000 gerainya di seluruh dunia.  Adapun, sekitar 5 persen lokasi gerai McDonald's ada di Timur Tengah.

“Di setiap negara tempat kami beroperasi, termasuk negara-negara Muslim, McDonald’s dengan bangga diwakili oleh operator pemilik lokal,” kata Kempczinski saat itu.

"Selama perang ini masih berlangsung... kami tidak memperkirakan akan melihat adanya perbaikan yang signifikan [di pasar-pasar ini]," tambah bos McDonald's tersebut.

Perusahaan berharap bahwa dengan mengambil kembali bisnisnya di Israel, mereka dapat memulihkan reputasinya di Timur Tengah dan memenuhi target penjualan. 

Sebagian besar Jalur Gaz  hancur sejak serangan Israel ke kawasan itu Oktober lalu. Lebih dari 33.000 orang telah tewas di Gaza sejak saat itu, kata kementerian kesehatan setempat. 

Related Topics