Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Ekspor Industri Manufaktur Naik, CPO Jadi Pendorong Utama

Ilustrasi Kegiatan Ekspor - Pexels/Tom Fisk
Intinya sih...
  • Kenaikan ekspor didorong oleh naiknya harga CPO di Rotterdam dan perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
  • Surplus neraca perdagangan Indonesia didorong oleh ekspor CPO dan produk turunannya, meskipun impor bahan baku juga mengalami kenaikan.

Jakarta, FORTUNE - Industri pengolahan non-migas menunjukkan kinerja positif pada Februari 2025 dengan nilai ekspor mencapai US$17,6 miliar, meningkat 3,2 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan kenaikan ini terutama didorong oleh ekspor sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan produk turunannya.

Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif, mengatakan kenaikan harga CPO di Rotterdam menjadi faktor utama yang mendorong peningkatan ekspor. Lonjakan harga ini tidak hanya meningkatkan volume ekspor, tetapi juga nilai perdagangan CPO ke luar negeri. Selain itu, perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turut berkontribusi terhadap kenaikan nilai ekspor.

"Kami mencermati bahwa ekspor industri pengolahan non-migas naik karena meningkatnya ekspor CPO dan turunannya. Hal ini didorong oleh kenaikan harga CPO di pasar global serta perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS," kata Febri saat konferensi pers, Rabu (26/3).

Kenaikan ekspor industri pengolahan non-migas juga berdampak positif terhadap neraca perdagangan Indonesia, yang masih mencatatkan surplus pada Februari 2025. Surplus ini terutama ditopang oleh ekspor CPO dan produk turunannya.

Impor bahan baku juga naik

Sementara itu, impor industri pengolahan non-migas juga mengalami kenaikan. Pada Februari 2025, nilai impor mencapai US$14,2 miliar, meningkat 1,4 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Namun, tren impor menunjukkan pola yang menarik.

"Impor barang konsumsi justru turun 10,6 persen, sementara impor bahan baku dan bahan penolong meningkat masing-masing 7,4 persen dan 4,1 persen. Artinya, industri dalam negeri sedang mengalami pertumbuhan yang lebih cepat," kata Febri.

Meskipun rupiah mengalami pelemahan 0,3 persen terhadap dolar AS, industri manufaktur tetap menunjukkan daya tahan dan potensi ekspansi lebih lanjut. Dengan tren positif ini, Kemenperin optimistis sektor industri pengolahan non-migas akan terus berkontribusi terhadap perekonomian nasional.

 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us