IMF Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Dunia, Tarif Impor Jadi Pemicu Utama

- IMF pangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global setelah AS naikkan tarif impor tertinggi dalam 100 tahun
- Pertumbuhan ekonomi global turun menjadi 2,8 persen pada 2025, inflasi diperkirakan mencapai 4,3 persen di 2025
- Pertumbuhan AS turun menjadi 1,8 persen, risiko resesi meningkat dari 25% menjadi 37%, zona Euro hanya tumbuh 0,8 persen
Jakarta, FORTUNE — Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global setelah Amerika Serikat menaikkan tarif impor hingga level tertinggi dalam 100 tahun terakhir. Kebijakan ini dinilai akan meningkatkan ketegangan dagang dan memperlambat pertumbuhan hampir di seluruh negara besar.
Dilansir dari Reuters, IMF mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi global pada 2025 akan turun menjadi 2,8 persen, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 3,3 persen. Sedangkan untuk 2026, pertumbuhan juga direvisi turun menjadi 3 persen.
Kenaikan tarif impor ini membuat inflasi lebih sulit turun. Inflasi global diperkirakan mencapai 4,3 persen di 2025, lebih tinggi dari prediksi sebelumnya.
"Kita sedang memasuki era baru," kata Kepala Ekonom IMF, Pierre-Olivier Gourinchas kepada media. "Sistem ekonomi global yang sudah berjalan 80 tahun kini sedang berubah."
IMF mengatakan eskalasi ketegangan perdagangan yang cepat dan "tingkat ketidakpastian yang sangat tinggi" dan arah kebijakan masa depan akan berdampak signifikan terhadap aktivitas ekonomi global.
"Ini akan cukup signifikan dan berdampak pada semua kawasan di dunia. Kami melihat pertumbuhan yang lebih rendah di AS, pertumbuhan yang lebih rendah di kawasan euro, pertumbuhan yang lebih rendah di Tiongkok, pertumbuhan yang lebih rendah di belahan dunia lainnya," kata Gourinchas kepada Reuters dalam sebuah wawancara.
"Jika terjadi peningkatan ketegangan perdagangan antara AS dan negara-negara lain, hal itu akan memicu ketidakpastian tambahan, yang akan meningkatkan volatilitas pasar keuangan, yang akan memperketat kondisi keuangan," katanya, seraya menambahkan bahwa efek gabungan tersebut akan semakin menurunkan prospek pertumbuhan global.
Prospek pertumbuhan yang lebih lemah telah menurunkan permintaan terhadap dolar, tetapi penyesuaian di pasar mata uang dan penyeimbangan kembali portofolio.
"Kami tidak melihat adanya serbuan atau pelarian ke pintu keluar," kata Gourinchas. "Kami tidak khawatir pada tahap ini tentang ketahanan sistem moneter internasional. Diperlukan sesuatu yang jauh lebih besar dari ini."
Efek Domino, Pertumbuhan menurun di banyak negara
IMF menurunkan perkiraan pertumbuhan AS sebesar 0,9 poin persentase menjadi 1,8 persen (sebelumnya 2,7 persen) dan 1,7 persen pada 2026, dengan alasan ketidakpastian kebijakan dan ketegangan perdagangan. Adapun, inflasi diperkirakan naik ke 3 persen. Sedangkan, risiko resesi meningkat dari 25 persen menjadi 37 persen.
IMF menekankan pentingnya Federal Reserve tetap independen, apalagi di tengah tingginya tekanan politik terhadap Ketua The Fed, Jerome Powell.
Negara tetangga yang menjadi sasaran tarif baru Trump yakni Kanada dan Meksiko juga menghadapi risiko penurunan pertumbuhan.
Ekonomi Kanada diperkirakan tumbuh melambat ke level 1,4 persen pada 2025, dibanding proyeksi sebelumnya sebesar 2 persen. Sementara Meksiko, jutsu diperkirakan negatif -0,3 persen, sebelum diperkirakan pulih ke 1,4 persen di 2026.
IMF juga memperkirakan di zona Euro, ekonomi hanya tumbuh 0,8 persen tahun ini. Jerman stagnan di posisi 0 persen dan Spanyol naik ke 2,5 persen.
Ketegangan perdagangan dan tarif diperkirakan akan memangkas 0,5 poin persentase dari aktivitas ekonomi Jepang pada tahun ini dibandingkan dengan perkiraan Januari, dengan pertumbuhan diproyeksikan sebesar 0,6 persen.
Perkiraan pertumbuhan Tiongkok juga dipangkas menjadi 4 persen pada 2025 dan 2026, yang mencerminkan revisi ke bawah masing-masing sebesar 0,6 poin persentase dan 0,5 poin persentase dari perkiraan Januari.
Gourinchas mengatakan dampak tarif terhadap Tiongkok - yang sangat bergantung pada ekspor - adalah sekitar 1,3 poin persentase pada tahun 2025, tetapi itu diimbangi oleh langkah-langkah fiskal yang lebih kuat.
IMF juga memotong prediksi pertumbuhan perdagangan global menjadi 1,7%, hanya separuh dari angka 2024. Fragmentasi ekonomi yang makin tajam membuat perdagangan jadi lebih mahal dan tidak efisien.
"Sekarang ini, perusahaan bingung mau berinvestasi di mana, beli bahan dari mana, dan memproduksi di mana," kata Gourinchas. "Kita butuh sistem perdagangan global yang lebih jelas dan bisa diprediksi."