Rosan: 4 Tahun, Realisasi Investasi Otomotif Tembus Rp157 Triliun

- Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Perkasa Roeslani mengungkapkan realisasi investasi otomotif mencapai Rp157 triliun dalam empat tahun terakhir.
- Industri otomotif menyumbang rata-rata 7,6% terhadap PDB sektor manufaktur, dengan kontribusi keseluruhan sektor manufaktur tercatat sebesar 18,9% terhadap PDB nasional.
- Tujuh produsen kendaraan listrik memindahkan investasinya ke Indonesia dengan nilai mencapai Rp15,4 triliun, dengan rencana produksi mencapai 281.000 unit mobil listrik per tahun.
Jakarta, FORTUNE - Sektor otomotif nasional mencatat realisasi investasi fantastis, menembus angka lebih dari Rp157 triliun dalam periode empat tahun terakhir, yakni 2020 hingga 2024. Capaian besar ini, menurut Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Perkasa Roeslani, menegaskan posisi strategis Indonesia dalam rantai pasok global, terutama pada segmen kendaraan listrik (EV) yang terus menggeliat.
"Ini adalah capaian besar yang menunjukkan betapa strategisnya posisi Indonesia dalam rantai pasok global otomotif, khususnya kendaraan listrik,” kata Rosan dalam New Energy Vehicle Summit 2025 di Jakarta, Selasa (6/5).
Menurut Rosan, industri otomotif selama lima tahun terakhir telah menyumbang rata-rata 7,6 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sektor manufaktur. Kontribusi sektor manufaktur secara keseluruhan terhadap PDB nasional sendiri mencapai 18,9 persen.
“Artinya, sektor otomotif bukan hanya penting, tapi kunci dalam perekonomian kita. Apalagi jika dikaitkan dengan hilirisasi dan pengembangan EV battery yang saat ini menjadi fokus investasi,” ujarnya.
Rosan juga menyoroti keunggulan Indonesia dalam membangun ekosistem industri baterai kendaraan listrik. Ia menyebutkan ekosistem ini sudah sangat lengkap, mencakup dari hulu seperti tambang nikel, pemrosesan menjadi nickel matte dan nickel sulfate, hingga ke hilir berupa precursor, cathode, anode, cell battery, battery pack, bahkan fasilitas daur ulang baterai—semuanya telah hadir di Tanah Air.
"Ekosistem EV battery kita sudah paling lengkap. Dan itu bukan klaim kosong. Investasi dari berbagai negara seperti Cina, Korea Selatan, Prancis, sudah mengalir masuk untuk membangun rantai pasok dari hulu ke hilir di Indonesia,” ujar Rosan, memvalidasi klaim tersebut dengan data investasi.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan dalam kurun waktu 2024 hingga Maret 2025 saja, sudah ada tujuh produsen kendaraan listrik yang memindahkan investasinya ke Indonesia. Total nilai investasi dari ketujuh produsen ini mencapai Rp15,4 triliun, dengan rencana kapasitas produksi mencapai 281.000 unit mobil listrik per tahun. Ketujuh produsen tersebut antara lain BYD, Citroen, Maxus, Geely, VinFast, dan Volkswagen (VW).
“Ini langkah konkret menuju target produksi 2,5 juta kendaraan listrik per tahun pada 2030. Kami juga akan memberikan insentif lebih besar jika para investor memperbesar tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) mereka,” kata Rosan, menekankan komitmen pemerintah mendorong produksi lokal.
Ia juga mencatat bahwa kontribusi hilirisasi terhadap total investasi yang masuk ke Indonesia terus menunjukkan tren peningkatan. Jika sebelumnya berada pada kisaran 23–24 persen, pada kuartal pertama tahun ini angkanya melonjak menjadi 29 persen.
Dengan proyeksi 36 persen produk otomotif dan EV Indonesia akan terintegrasi dalam rantai nilai global pada 2029, Rosan menekankan pentingnya menjaga konsistensi kebijakan, memperkuat pembangunan ekosistem pendukung, dan menawarkan insentif yang menarik guna menjaga kepercayaan investor untuk terus menanamkan modal di Indonesia.
“Yang terpenting adalah keberlanjutan. Kita tidak hanya mengejar angka investasi, tapi juga penciptaan lapangan kerja dan keberpihakan pada lingkungan. Dengan itu semua, saya yakin sektor otomotif kita akan terus melaju ke gigi tertinggi,” ujarnya, optimistis menyambut masa depan industri ini.