Utang Luar Negeri Indonesia pada April 2022 Turun US$2,6 Miliar
Menunjukkan bahwa ULN Indonesia tetap terkendali dan sehat.

16 June 2022
Jakarta, FORTUNE – Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada April 2022 menurun. Posisi ULN Indonesia pada akhir April 2022 tercatat US$409,5 miliar, lebih rendah US$2,6 miliar dibandingkan dengan posisi ULN pada bulan sebelumnya di angka US$412,1 miliar.
Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, mengatakan hal ini disebabkan oleh penurunan posisi ULN sektor publik, baik pemerintah maupun bank sentral. “Secara tahunan (year on year/yoy), posisi ULN April 2022 terkontraksi 2,2 persen (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi bulan sebelumnya sebesar 1,0 persen (yoy),” ujarnya dalam keterangan yang dikutip dari laman BI, Kamis (16/6).
Erwin mengatakan, peran ULN akan terus diptimalkan untuk menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.
ULN Indonesia tetap terkendali dan sehat

Dengan kondisi ini, Bi menyebut ULN Indonesia pada bulan April 2022 tetap terkendali dan sehat. Rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tetap terjaga di kisaran 32,5 persen, menurun dibandingkan dengan rasio bulan sebelumnya sebesar 33,8 persen.
Selain itu, ULN Indonesia yang tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang, dengan pangsa mencapai 87,5 persen dari total ULN.
“Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya,” ungkap Erwin.
ULN pemerintah melanjutkan tren penurunan

ULN pemerintah pada April 2022 melanjutkan tren penurunan. Posisi ULN Pemerintah pada April 2022 tercatat sebesar US$190,5 miliar, turun dari posisi bulan sebelumnya senilai US$196,2 miliar. Pertumbuhan ULN Pemerintah mengalami kontraksi sebesar 7,3 persen (yoy), lebih dalam dibandingkan dari kontraksi bulan sebelumnya, yakni 3,4 persen (yoy).
“Penurunan ULN Pemerintah terjadi akibat beberapa seri Surat Berharga Negara (SBN) yang jatuh tempo di bulan April 2022 dan adanya pergeseran penempatan dana oleh investor nonresiden sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global,” tutur Erwin.
Sedangkan, komponen pinjaman juga mengalami penurunan secara neto, seiring pelunasan pinjaman yang lebih tinggi dibanding penarikan pinjaman dalam mendukung pembiayaan program dan proyek prioritas.
Peningkatan pada ULN swasta

Pada sisi lain, ULN sektor swasta tercatat mengalami sedikit peningkatan dibanding bulan sebelumnya. “Posisi ULN swasta pada April 2022 tercatat sebesar US$210,2 miliar, tumbuh rendah sebesar 0,03 persen (yoy), setelah mengalami kontraksi 1,6 persen (yoy) pada bulan sebelumnya,” ujar Erwin.
Menurutnya, peningkatan ini disebabkan oleh ULN perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) yang tumbuh sebesar 0,5 persen (yoy), meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencatat kontraksi sebesar 0,7 persen (yoy).
“Terutama seiring dengan penerbitan global bond korporasi di sektor pertambangan dan penggalian. Selain itu, ULN lembaga keuangan (financial corporations) mengalami kontraksi sebesar 1,9 persen (yoy), lebih rendah dari kontraksi bulan sebelumnya sebesar 5,0 persen (yoy),” kata Erwin.