FINANCE

ADB Ramal Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Hanya Capai 4,8% Tahun Ini

Pertumbuhan ekonomi ini ditopang harga komoditas.

ADB Ramal Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Hanya Capai 4,8% Tahun IniAsian Development Bank. (Shutterstock/Ralf Liebhold)
05 April 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Asian Development Bank (ADB) memproyeksikan perekonomian Indonesia tumbuh 4,8 persen pada 2023 dan 5,0 Persen pada 2024. Hal ini disebabkan seiring lonjakan harga komoditas yang mulai mengalami pelemahan dan mulai normalnya permintaan dalam negeri.

Direktur ADB untuk Indonesia Jiro Tominaga mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berhasil tumbuh 5,3 persen pada tahun lalu didorong oleh lonjakan komoditas ekspor, yang menggantikan lemahnya permintaan di dalam negeri. Sementara itu, tekanan global pada 2023 diprediksi akan memangkas pertumbuhan ekspor, meski transaksi berjalan diperkirakan akan tetap mendekati seimbang. 

“Namun karena pengeluaran rumah tangga merupakan kontributor besar perekonomian Indonesia, kembali normalnya belanja konsumen dan manfaat dari penurunan inflasi akan menopang pertumbuhan. Meskipun demikian, investasi kemungkinan belum akan menguat karena dunia usaha masih wait and see,” katanya dalam keterangan resmi, Selasa (4/4).

Jiro mengatakan besarnya angka ekspor menghasilkan tambahan pendapatan yang memungkinkan Indonesia memangkas defisit anggaran hingga di bawah 3 persen dari PDB, setahun sebelum tenggatnya. Laju inflasi pun sudah menunjukkan tren penurunan, berkat melemahnya harga komoditas dan pengetatan kebijakan moneter.

Inflasi diprediksi turun

Inflasi mencapai puncaknya hingga hampir 6 persen pada September lalu, melebihi batas inflasi yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 4 persen.

ADB memperkirakan laju inflasi Indonesia akan turun ke sekitar 3,5 persen pada Desember dan mencapai rata-rata 4,2 persen pada 2023.

Hal yang menjadi perhatian dalam jangka menengah dan panjang menurutnya adalah hilangnya pendapatan para pekerja dan hilangnya pembelajaran anak-anak selama pandemi sehingga dapat mengurangi potensi pertumbuhan.

Sebagian besar indikator ketenagakerjaan tercatat telah membaik dibandingkan dengan data pada 2020, tetapi belum kembali ke tingkat sebelum pandemi Covid-19.

"Di sisi lain, Program Kartu Prakerja dari pemerintah, yang memberikan keterampilan teknis dan kejuruan melalui pembelajaran digital dan pelatihan untuk memulai usaha dinilai efektif membantu memitigasi dampak buruk terhadap pasar tenaga kerja," ujarnya. 
 

Proyeksi pertumbuhan ekonomi Menteri Keuangan

Sebelumya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional selama kuartal I 2023 akan mencapai 5 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2023 akan berada di kisaran 5 persen sampai 5,3 persen. Pemerintah akan memperkuat sumber pertumbuhan ekonomi domestik khususnya konsumsi masyarakat di tengah perlambatan ekonomi global.

“Kami berharap kuartal I 2023 tumbuh 5 persen terutama karena konsumsi masih cukup kuat meskipun kita mewaspadai ekspor yang mengalami koreksi dari level growth cukup tinggi,” ujar Sri Mulyani.

Dia mengatakan kinerja perekonomian Indonesia saat ini masih cukup kuat. Beberapa indikator yang menjadi acuan adalah pertumbuhan kredit, indeks keyakinan konsumen dan juga PMI manufaktur indonesia. Pertumbuhan kredit yang terdiri dari konsumsi, investasi, dan modal kerja mengalami pertumbuhan hingga 11,4 persen.

Lalu, PMI manufaktur Indonesia juga berada di level ekspansif selama 18 bulan berturut-turut atau saat ini berada di level 51,2. Indeks keyakinan konsumen (IKK) juga stabil di tingkat yang tinggi yakni 122,4, menunjukkan keyakinan ekonomi ke depan masih optimistis.

“Ini menggambarkan konsumen, walaupun kita terus memantau inflasi dan daya belinya masih menunjukkan suatu tingkat keyakinan. Ini hal yang cukup bagus menjelang puasa dan lebaran,” tuturnya.

Related Topics