FINANCE

Ini Pertimbangan BNC Tunda Rights Issue jadi Oktober 2022

BNC waspadai gejolak geopolitik hingga The Fed.

Ini Pertimbangan BNC Tunda Rights Issue jadi Oktober 2022Tjandra Gunawan, Presiden Direktur Bank Neo Commerce Tbk. (Fortune Indonesia/Herka Yanis)
25 May 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta,FORTUNE – Bank Neo Commerce (BNC) mengumumkan penundaan jadwal rights issue menjadi Oktober 2022 atau di kuartal empat setelah sebelumnya direncanakan pada akhir kuartal II-2022. 

Direktur Utama BNC Tjandra Gunawan menjelaskan, salah satu pertimbangan penundaan tersebut ialah kondisi perekonomian global yang dikhawatirkan imbasannya ke kondisi pasar saham di dalam negeri. 

"Kami yakin rights issue yang akan dijalankan di kuartal empat nanti akan terserap pasar dengan baik, dan membuat kami memiliki skala ekspansi usaha yang semakin bertumbuh dan semakin besar lagi,” jelas Tjandra melalui keterangan resmi di Jakarta, Rabu (25/5).

Meski demikian, lanjut Tjandra, komitmen BNC akan penambahan modal inti di tahun 2022 masih sesuai rencana. Hal ini dilakukan untuk memperkuat jangkauan bisnis dan memenuhi ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) POJK No.12/2020. Dalam aturan tersebut diatur modal inti minimum bank umum senilai Rp3 triliun dengan batas tenggat waktu, yakni Rp1 triliun pada 2020, Rp2 triliun pada 2021, serta Rp3 triliun pada 2022.

BNC waspadai gejolak geopolitik hingga The Fed

Ilustrasi : Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat. (Shutterstock/Paul Brady Photography)

Pertimbangan BNC memundurkan rencana rights issue tersebut bukanlah tanpa alasan. Seperti diketahui banyak pihak, kondisi perekonomian global masih memiliki volatilitas dan mempengaruhi kondisi ekonomi Indonesia.  

Menurut Tjandra, beberapa risiko perekonomian menjadi perhitungan pelaku bisnis di Indonesia. Pertama ialah gejolak geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan. 

Selain itu, kebijakan Fed yang lebih hawkish di suku bunga juga perlu diwaspadai. Kenaikan suku bunga ini juga dapat memicu kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia dan bayang-bayang inflasi di Amerika dan dunia ikut mempengaruhi kenaikan inflasi di Indonesia. 

Salah satu indikator masih belum stabilnya keadaan ekonomi di Indonesia, terjadi penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam satu bulan terakhir sebesar 5,33 persen. 

BNC lakukan antisipasi strategi terukur

Ilustrasi Bank Neo Commerce/Dok BNC

Related Topics