Permintaan Anjlok, Produsen Mobil James Bond PHK Ratusan Karyawan

Jakarta, FORTUNE - Produsen mobil mewah asal Inggris, Aston Martin, mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 170 karyawannya akibat melemahnya permintaan di Cina dan meningkatnya kerugian perusahaan.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis Rabu (26/2), Aston Martin Lagonda menyebutkan bahwa pemangkasan ini mencakup sekitar lima persen dari total tenaga kerja. Penurunan permintaan dari Cina menjadi faktor utama yang menyebabkan kerugian perusahaan meningkat drastis tahun lalu.
Merek ikonik yang identik dengan kendaraan mata-mata fiksi James Bond ini melaporkan bahwa kerugian bersih tahunan melonjak 42 persen, mencapai £323,5 juta atau sekitar US$409 juta.
"Ke depan, prioritas saya adalah mendorong keunggulan operasional dan disiplin saat kami terus bertransformasi menjadi perusahaan yang menguntungkan secara berkelanjutan," ujar CEO baru Aston Martin, Adrian Hallmark, dalam pernyataan laporan keuangan.
Strategi efisiensi
Sebagai bagian dari strategi efisiensi, Aston Martin yang tengah beralih ke model kendaraan listrik menargetkan penghematan tahunan sebesar £25 juta. Perusahaan juga melaporkan penurunan volume penjualan grosir sebesar sembilan persen, hanya mencapai 6.030 unit sepanjang tahun lalu. Hal ini disebabkan oleh keterlambatan peluncuran model baru, gangguan rantai pasokan, serta kondisi makroekonomi yang tidak stabil di Cina.
Aston Martin menegaskan bahwa meskipun Cina tetap menjadi pasar potensial untuk pertumbuhan jangka panjang, penjualan di negara tersebut anjlok hingga 49 persen pada 2024.
Kinerja perusahaan juga tercermin dalam strategi peluncuran produk mereka. "Transformasi produk berlanjut sepanjang tahun seiring dengan dihentikannya model-model sebelumnya untuk persiapan peluncuran Vantage baru, DBX707 yang diperbarui, dan V12 Vanquish," jelas pihak perusahaan.
Adrian Hallmark sendiri baru menjabat sebagai CEO pada akhir 2024, menggantikan Amedeo Felisa. Hallmark menjadi pemimpin keempat Aston Martin dalam kurun empat tahun terakhir, setelah sebelumnya mengundurkan diri sebagai CEO Bentley, produsen mobil mewah asal Jerman.