Dua Direksi BNI Borong Saham BBNI, Transaksi Capai Rp1,85 Miliar

- Direktur BNI membeli saham BBNI di tengah penurunan harga saham lebih dari 20 persen dalam setahun terakhir.
- Royke Tumilaar memborong 186,20 ribu lembar saham dengan harga pembelian per saham Rp4.030, mengeluarkan Rp750,38 juta untuk transaksi tersebut.
- Hussein Paolo Kartadjoemena membeli saham sebanyak dua kali dengan total saham 268,30 ribu lembar, menghabiskan biaya sekitar Rp1,1 miliar.
Jakarta, FORTUNE - Sejumlah direktur PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) membeli saham perusahaan tempat mereka mengabdi. Aksi tersebut terjadi di tengah penurunan saham BBNI hingga lebih dari 20 persen dalam setahun terakhir.
Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, memborong 186,20 ribu lembar saham dengan harga pembelian per saham Rp4.030. Dia mengeluarkan Rp750,38 juta untuk melakukan transaksi tersebut.
Dengan demikian, Royke kini menggenggam 6,20 juta lembar saham dengan persentase 0,0166343 persen.
Selain dia, ada Hussein Paolo Kartadjoemena, Direktur Digital and Integrated Transaction Banking BNI. Pria yang lahir pada 1979 itu melakukan pembelian sebanyak dua kali dengan total saham 268,30 ribu lembar. Pada pembelian pertama, Hussein mengamankan 243,90 ribu lembar saham pada harga Rp4.100, dan 24,40 ribu lembar saham dengan harga Rp4.110. Untuk itu, ia mengeluarkan biaya sekitar Rp1,1 miliar.
Dengan demikian, kepemilikan Hussein pada bank tersebut bertambah menjadi 3,07 juta lembar saham atau setara 0,0082470 persen.
Menurut keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), pembelian saham dengan total Rp1,85 miliar oleh dua direktur tersebut terjadi pada 28 Februari 2025 dengan tujuan investasi.
Pada perdagangan hari ini, Jumat (7/3), nilai saham BBNI turun 30 poin atau 0,65 persen menjadi Rp4.550 dari awal pembukaan. Telah terjadi transaksi sebesar 288,74 ribu saham dengan nilai Rp130,77 miliar.
Sebagai informasi tambahan, BBNI membukukan laba bersih Rp21,5 triliun pada tahun buku 2024 atau naik 2,7 persen secara tahunan.
Kinerja positif BBNI pada tahun lalu didorong oleh Net Interest Margin (NIM) yang solid, credit cost (CoC) dan kualitas aset yang terjaga, dan pertumbuhan kredit yang kuat di tengah tantangan likuiditas.
Manajemen BBNI berencana mengajukan dividend payout ratio (DPR) untuk tahun buku 2024 pada kisaran 50-60 persen, mengindikasikan dividend yield sekitar 6-7,2 persen berdasarkan harga per Rabu (22/1) pada level 4.790 rupiah per saham.
Rencana itu akan dimintakan persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan yang akan digelar pada 26 Maret 2025.