Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Strategi MAMI Dongkrak Peran Perempuan di Pasar Modal

Presdir PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI). (Dok. MAMI)

Jakarta, FORTUNE - Bagaimana cara PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) meningkatkan keterlibatan perempuan di pasar modal?

Mengapa penting untuk melakukan hal tersebut? Sebab, perempuan berkaitan erat dengan pengelolaan keuangan rumah tangga.

Riset Danareksa Research Institute (DRI) pada 2022 melaporkan, mayoritas (39,56 persen) responden menyatakan pengambil keputusan keuangan di rumah adalah istri. Jumlah itu lebih tinggi dari rumah tangga dengan pengambil keputusan keuangan di tangan suami (30,97 persen).

Artinya, perempuan berperan penting dalam menjaga kondisi keuangan rumah tangga. Di sisi lain, jumlah investor perempuan di pasar modal masih belum sebanyak laki-laki.

Data KSEI per Februari 2025 menunjukkan, dari total 15,5 juta investor pasar modal, hanya ada 37,5 persen investor perempuan. Total aset investor laki-laki juga masih jauh lebih tinggi dari perempuan, yakni Rp1.056,3 triliun berbanding Rp430,9 triliun.

Untuk mendongkrak keterlibatan perempuan di pasar modal, khususnya reksa dana dan dana pensiun, MAMI secara rutin menggelar edukasi kepada perempuan dengan pendekatan lebih personal. Tujuan akhirnya, membantu mereka menyisihkan sebagian dana konsumtif ke investasi.

“Jangkauan edukasi kami luas dan berlandaskan niat memperbaiki hidup masyarakat. Di antara kelompok sasaran edukasi kami, ada ibu-ibu rumah tangga, arisan-arisan, dan perkumpulan perempuan lainnya,” kata CEO & President Director MAMI, Afifa.

Hal itu tentu tak bisa berhasil hanya dalam satu malam. Dibutuhkan upaya kolaborasi dengan semua pelaku industri. Secara personal, ia pun aktif berkomunikasi dengan dua anaknya perihal pentingnya mengelola keuangan. Ia juga mengajarkan perbedaan dari menabung biasa dan investasi.

Di tengah badai konser yang populer di kalangan anak muda, ia juga mengingatkan anaknya untuk membedakan mana kebutuhan dan keinginan. Harus juga membedakan kredit konsumtif dan kredit produktif.

“Karena kadang keinginan itu sifatnya enggak perlu banget dan jangan sampai keinginannya didukung dengan berutang,” katanya. “Jangan sampai [kreditnya] hanya keinginan, akhirnya harus diwujudkan dengan utang, yang berujung menurunnya kesejahteraan keluarga,” katanya.

“Kesadaran-kesadaran kecil seperti ini, jika dilakukan bersama, seharusnya bisa menjadi budaya yang positif.”

Hal-hal kecil tapi berarti, seperti ketertarikan Afifa pada dunia pasar modal yang berawal dari menjaga stan BEJ dan mata kuliah yang ia dapatkan di kampus. Hingga, membuatnya bertahan di industri selama lebih dari dua dekade.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
pingit aria mutiara fajrin
Editorpingit aria mutiara fajrin
Follow Us