IHSG Koreksi 5 Hari, Apa Waktu Tepat untuk Beli Blue Chip?

- Pelemahan IHSG menciptakan kesempatan beli saham blue chip
- Saham-saham blue chip dilepas investor asing, terkoreksi signifikan
- IHSG teknikal menunjukkan potensi pelemahan lebih lanjut
Jakarta, FORTUNE - Di tengah pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belakangan ini, apakah ini waktu yang tepat untuk membelii saham-saham jagoan atau blue chip?
Dikutip dari IDX Mobile, IHSG tertekan 1,56 persen ke level 6.544,18 pada perdagangan sesi I, Selasa. Tiga sektor penekan IHSG hari ini adalah energi, basic material, dan keuangan.
"Yang turun kan saham kita kan pasti apa? Blue chip, sebagian turun. It's time to buy. Kan kita bicara investasi jangka panjang, bukan cuma pendek," kata Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman saat ditemui di Jakarta Convention Center, Selasa (11/2).
Berdasarkan data yang dilansir dari Stockbit, beberapa saham blue chip memang dilepas oleh investor asing. Sebut saja BMRI (Rp185,15 miliar); TLKM (Rp141,88 miliar); BREN (Rp111,17 miliar); BBCA (Rp107,53 miliar); BBRI (Rp76,27 miliar); dan BBNI (Rp41,75 miliar).
Sejumlah saham terkoreksi signifikan, seperti BREN (-8,27 persen); TLKM (-4,92 persen); BMRI (-2,20 persen); dan BBNI (-1,69 persen). Khusus BREN, salah satu sentimennya yakni: gagalnya saham tersebut masuk ke ineks MSCI IMI, bersamaan dengan saham afiliasi Prajogo Pangestu lainnya (CUAN dan PTRO).
Analisis teknis IHSG di sesi II
Secara teknikal, Phintraco Sekuritas menjelaskan, IHSG bbeaklow level 6.550 sejalan dengan pelebaran negative slope pada indikator MACD. Pada perdagangan Selasa sesi II, bagaimana proyeksi laju IHSG?
"Jika IHSG belum mampu kembali ke atas level 6.550, maka berpotensi melanjutkan pelemahan menuju level psikologis 6.500 pada perdagangan sesi II, Selasa," jelas Head of Research Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan dalam risetnya.
Dalam lima hari terakhir, IHSG telah menurun 5,35 persen dari 7.024,23 pada penutupan perdagangan 5 Februari 2025.
Salah satu faktornya adalah data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Januari yang menurun dari 127,7 (Desember) menjadi 127,2 (Januari). Samuel Sekuritas Indonesia menilai, koreksi itu menggambarkan meningkatnya kehati-hatian di kalangan konsumen di tengah kondisi ekonomi yang berkembang di pasar domestik ataupun global.
"Penurunan itu, walau tidak drastis, mengindikasikan adanya pergeseran sentimen yang dapat memengaruhi pola pengeluaran dan aktivitas ekonomi yang lebih luas dalam beberapa bulan mendatang," jelas Ekonom Senior Samuel Sekuritas, Fithra Faisal Hastiadi.