Pendapatan TBIG Melesat pada 2024, Tapi Laba Bersih Tergerus

- Pendapatan TBIG naik 3,41 persen menjadi Rp6,87 triliun, tapi laba bersih turun 12,73 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
- Margin EBITDA perseroan tetap kuat pada level 85,5 persen, sementara beban keuangan dan lainnya meningkat signifikan.
- Total aset perusahaan naik tipis menjadi Rp47,31 triliun, dengan 42.722 penyewaan dan 23.892 lokasi telekomunikasi yang dikelola TBIG.
Jakarta, FORTUNE - PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) mencatatkan kinerja menarik sepanjang 2024 dengan pertumbuhan pendapatan di tengah penurunan laba bersih.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp1,36 triliun. Angka tersebut menunjukkan penurunan 12,73 persen dibandingkan dengan periode sama pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp1,56 triliun.
Kendati demikian, margin EBITDA perseroan tetap kokoh pada level 85,5 persen untuk keseluruhan tahun tersebut.
TBIG membukukan kenaikan pendapatan tahunan 3,41 persen menjadi Rp6,87 triliun. Seiring dengan peningkatan tersebut, beban pokok pendapatan juga mengalami kenaikan menjadi Rp1,94 triliun. Hasilnya, laba kotor TBIG tercatat tumbuh menjadi Rp4,92 triliun secara tahunan.
Meskipun pendapatan meningkat, laba bersih perseroan tertekan oleh kenaikan sejumlah beban. Beban keuangan utang bank dan obligasi naik menjadi Rp1,87 triliun dari sebelumnya Rp1,69 triliun. Selain itu, beban lain-lain juga melonjak signifikan menjadi Rp222,16 miliar dari Rp60,78 miliar. Kenaikan beban-beban inilah yang menjadi faktor utama pelemahan laba bersih sepanjang 2024.
Dari sisi neraca keuangan, total aset perusahaan mengalami kenaikan tipis menjadi Rp47,31 triliun. Di sisi lain, liabilitas perseroan meningkat menjadi Rp36,75 triliun dari Rp34,18 triliun pada 2023, sementara total ekuitas sedikit menurun menjadi Rp47,31 triliun dari Rp46,54 triliun pada periode yang sama.
Dalam keterangan resminya, perseroan menyampaikan bahwa per 31 Desember 2024, total pinjaman, setelah memperhitungkan lindung nilai untuk pinjaman dalam mata uang dolar AS, adalah Rp30,19 triliun. Sementara itu, gross senior debt mencapai Rp627 miliar.
Hingga akhir Desember 2024, TBIG mengelola 42.722 penyewaan dan 23.892 lokasi telekomunikasi. Aset telekomunikasi milik perseroan terdiri dari 23.778 menara telekomunikasi dan 114 jaringan DAS. Dengan total 42.608 penyewaan pada menara telekomunikasi, tenancy ratio perseroan mencapai 1,79.
“Pada 2024, kami menambahkan 2.333 penyewaan kotor yang terdiri dari 1.551 sites telekomunikasi dan 782 kolokasi ke portofolio kami. Kami terus bekerja sama dengan para pelanggan kami untuk mengoptimalkan jaringan mereka dan memperluas cakupan mereka di seluruh Indonesia,” kata CEO TBIG, Hardi Wijaya Liong, dalam keterangannya, Selasa (8/4).