Tips Trading dan Investasi di Tengah Volatilitas Pasar

Jakarta, FORTUNE - Di tengah volatilitas pasar saham yang meningkat saat ini, apa yang harus para trader dan investor lakukan?
Dalam tiga bulan terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah terkoreksi 11,58 persen. Bahkan, IHSG sempat mengalami trading halt pada pembukaan hari pertama perdagangan setelah libur lebaran, Selasa (8/4).
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Dimas Krisna Ramadhani memproyeksikan IHSG masih memiliki ruang mengalami koreksi lebih lanjut, dengan target terdekat pada level 5.500.
"Sebagai indikator awal perekonomian, IHSG memberikan sinyal penting mengenai arah perekonomian Indonesia ke depan dan oleh karena itu pergerakan IHSG harus diperhatikan dengan seksama oleh para investor," kata Dimas (10/4).
Menurutnya, meskipun kebijakan moneter Indonesia terbatas saat ini, tantangan besar akan muncul di masa depan. Penurunan ekonomi riil yang tercermin dalam pergerakan IHSG akan semakin sulit diatasi, sehingga diperlukan kebijakan lebih strategis untuk mengantisipasi dampak lanjutan dari tekanan global.
Dimas mengapresiasi kebijakan teknis pasar trading halt terbaru yang bursa lakukan demi menahan tekanan jual. Namun ia mengeritik kebijakan ARB 15 persen yang dapat menyebabkan likuiditas pasar semakin kering.
Dimas juga menyoroti kemungkinan perlambatan ekonomi global yang dapat berimbas pada Indonesia. Penurunan yang terjadi di pasar saham global memberikan gambaran tentang potensi perlambatan ekonomi global yang dapat mempengaruhi perekonomian domestik.
"Jika ekonomi global mengalami perlambatan, Indonesia juga berisiko mengalami hal yang sama," ujarnya.
Di tengah kondisi pasar yang fluktuatif saat ini, IPOT membagikan tips bagi para trader dan investor, mencakup:
Sebaiknya jangan melihat floating loss terus-menerus. Fokus pada evaluasi kesalahan dan pastikan telah menjalankan rencana trading dengan disiplin.
Ulas dan evaluasi portofolio. Dimas menyarankan memisahkan saham yang masih sejalan dengan rencana trading dan yang memerlukan langkah cut loss.
Pastikan keuangan sehat dengan memperbaiki arus kas dan hindari berutang untuk berinvestasi.
Perbarui ilmu dan tetap sabar. Salah satu caranya, dengan meningkatkan pemahaman mengenai analisis teknikal dan siklus pasar.
Fundamental: perkembangan ekonomi global dan peluang bagi Indonesia
Tak dapat dipungkiri, kebijakan Trump memberikan dampak langsung pada pasar keuangan domestik yang tercermin dalam nilai tukar rupiah yang mencatatkan rekor terlemah sepanjang sejarah menembus Rp17.101 per dolar Amerika Serikat (AS). Selain itu, penurunan tajam juga terjadi di Bursa Wall Street dan bursa saham Asia, memperburuk sentimen pasar global.
Namun, saat ini Donald Trump telah menunda kebijakan tarif selama 90 hari, kecuali kepada Cina. Terkait dengal hal ini, Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia, Fakhrul Fulvian berpandangan, momentum ini harus Indonesia manfaatkan untuk melakukan konsolidasi terkait dengan kebijakan perdagangan, terutama perdagangan dengan AS.
Menurutnya, dengan adanya perang dagang, peluang re-shoring dari beberapa negara yang diekspektasikan akan terkena dampak lebih besar dari Indonesia, seperti Vietnam, Bangladesh, China dan Thailand bisa dioptimalkan.
"Industri seperti Tekstil Garmen, sepatu dan furnitur bisa menjadi industri yang memiliki prospek positif untuk Indonesia," katanya (10/4). "Terkait dengan hal ini, kebijakan terkait dengan deregulasi untuk perizinan usaha dan kemudahan ekspor harus dipercepat."
Di sisi neraca dagang dengan Amerika Serikat, peluang untuk meningkatkan impor dari Amerika Serikat terkait dengan sektor perminyakan, bahan kimia serta bahan pangan merupakan poin negosiasi yang perlu dimaksimalkan.
Fakhrul berujar, "Perubahan TKDN menjadi hal penting untuk dilakukan juga secepatnya, karena banyak perusahaan AS yang ingin berinvestasi di Indonesia, terhambat karena hal ini."