NEWS

Bank Dunia: Pertumbuhan Ekonomi Global Melambat Hingga 2,4% Pada 2024

Disebabkan oleh kondisi geopolitik yang tak menentu.

Bank Dunia: Pertumbuhan Ekonomi Global Melambat Hingga 2,4% Pada 2024DCStockPhotography/Shutterstock
11 January 2024
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNEBank Dunia memproyeksikan Pertumbuhan Ekonomi Global secara tahunan (YoY) tahaun ini akan melambat ke angka 2,4 persen, setelah melewati 2023 dengan pertumbuhan hanya mencapai 2,6 persen.

Menurut Global Economic Prospect yang dirilis Bank Dunia pada Januari 2024, perlambatan ini disebabkan oleh sejumlah faktor seperti ketegangan geopolitik yang menjadi tantangan baru dalam jangka pendek bagi perekonomian global. “Potensi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2024 hampir tiga perempat persen poin di bawah rerata pertumbuhan ekonomi tahun 2010-an,” tulis Bank Dunia dalam laporannya.

Menurut lembaga ini, perekonomian global sebenarnya membaik dibandingkan tahun lalu dan dunia mendekati titik tengah dekade transformasi pembangunan di tengah menguatnya perekonomian Amerika Serikat.

Namun, di sisi lain, perekonomian global justru terancam dengan rekor buruk pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) lima tahun paling lambat dalam 30 tahun terakhir.

Negara maju dan berkembang

ilustrasi negara maju
ilustrasi negara maju (unsplash.com/Patrick Tomasso)

Secara umum, ekonomi negara-negara maju diperkirakan hanya akan bertumbuh 1,2 persen secara tahunan pada 2024, turun dari 1,5 persen yang tercapai di 2023. Sementara, bagi negara berkembang yang cukup kuat dengan pertumbuhan ekonomi 4 persen pada 2023, diperkirakan akan melambat 0,1 poin dengan pertumbuhan ekonomi tahunan 3,9 persen tahun ini.

Kepala Ekonom dan Wakil Presiden Senior Grup Bank Dunia Indermit Gill menyampaikan, tanpa koreksi besar-besaran, periode 2020-an akan jadi dekade dengan peluang yang terbuang percuma. Bahkan, masyarakat di seperempat negara berkembang dan sekitar 40 persen negara berpendapatan rendah, masih akan ada dalam kondisi lebih miskin dibanding sebelum pandemi Covid-19.

“Pertumbuhan jangka pendek akan tetap lemah, sehingga banyak negara berkembang, terutama negara-negara termiskin, (akan) terjebak dalam perangkap, dengan tingkat utang yang sangat besar dan lemahnya akses terhadap pangan bagi hampir satu dari setiap tiga orang,” katanya dalam keterangan resmi, Rabu (10/1).

Cina dan Indonesia

Ilustrasi proyek properti di Cina. Shutterstock/DreamArchitect
Ilustrasi proyek properti. Shutterstock/DreamArchitect

Related Topics