NEWS

Populasi Menyusut, Jepang Butuh Pekerja Asing Empat Kali Lipat

Jepang menargetkan pertumbuhan ekonomi tahunan 1,24%.

Populasi Menyusut, Jepang Butuh Pekerja Asing Empat Kali LipatIlustrasi pekerja konstruksi di Jepang/Pixabay
08 February 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Tokyo, FORTUNE - Jepang menghadapi masalah tenaga kerja yang serius di tengah populasi yang menyusut. Negara itu diperkirakan butuh sekitar empat kali lipat lebih banyak pekerja asing pada 2040. Hal itu untuk mencapai jalur pertumbuhan yang telah digariskan pemerintah dalam proyeksi ekonomi.

Pada hari Kamis (3/2), sekelompok think tank publik yang berbasis di Tokyo menyoroti ketergantungan Jepang yang meningkat pada tenaga kerja migran. 

Sementara kemampuan Jepang untuk menarik tenaga kerja luar negeri dipertanyakan, seiring dengan adanya kontrol perbatasan COVID-19 ketat yang telah membatasi akses bagi siswa dan pekerja.

Jepang harus meningkatkan jumlah pekerja asing. Apa tujuannya?

Jepang harus meningkatkan jumlah pekerja asing menjadi 6,74 juta pada 2040 untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi tahunan rata-rata 1,24 persen. Perkiraan kebutuhan jumlah pekerja itu berdasarkan skenario pertumbuhan tinggi bullish yang telah ditetapkan pemerintah dalam proyeksi jangka panjang.

Kelompok think tank yang juga mencakup badan penelitian Japan International Cooperation Agency (JICA) afiliasi Kementerian Luar Negeri Jepang mengatakan dalam sebuah laporan bahwa angka kebutuhan tenaga kerja tersebut hampir 300 persen lebih banyak dari 1,72 juta pekerja asing saat ini. Jumlah tenaga kerja asing kini sekitar 2,5 persen dari angkatan kerja.

Presiden JICA Shinichi Kitaoka mengatakan Jepang harus membahas penerimaan pekerja asing dengan rasa urgensi yang lebih besar karena persaingan tenaga kerja akan tumbuh di masa depan melawan negara-negara seperti Cina. 

"Kita perlu mengambil tindakan untuk membuat Jepang menarik dalam jangka panjang, negara yang akan dipilih oleh pekerja asing," katanya, dalam simposium penelitian, dikutip dari Reuters pada Selasa (8/2).

Studi kelompok think tank itu mengasumsikan Jepang akan kehilangan lebih dari 10 persen tenaga kerja domestiknya selama dua dekade mendatang. Populasi Jepang mencapai puncak pada 2008 dan telah menurun sejak saat itu karena tingkat kelahiran yang rendah. Populasi usia kerja menyusut lebih cepat karena penuaan.

Studi tersebut juga memperhitungkan stok modal yang diasumsikan akan terus tumbuh sebesar 1 persen per tahun berkat investasi dalam teknologi otomasi.

Tanpa otomasi "Jepang akan membutuhkan 21 juta pekerja asing pada 2040 untuk memenuhi tujuan pertumbuhan yang secara praktis, tidak mungkin," kata seorang peneliti di simposium.

Seperti desa terpencil

Sekitar setengah dari pekerja asing Jepang berasal dari Vietnam dan Cina. Kelompok think tank memperkirakan jumlah imigran dari negara-negara berpenghasilan rendah, seperti Kamboja dan Myanmar akan meningkat dengan cepat dalam dua dekade mendatang.

Namun, kelompok think tank juga mengatakan pasokan tenaga kerja migran akan terus-menerus kurang dari permintaan di bawah sistem imigrasi saat ini. Makanya Jepang harus mempertimbangkan lebih banyak visa jangka panjang.

Penutupan ketat perbatasan bagi orang non-Jepang karena COVID-19 telah menimbulkan kekhawatiran bahwa Jepang dapat kehilangan reputasi sebagai tujuan yang menarik bagi pekerja asing.

"Jika kita terus seperti ini, Jepang bisa menjadi seperti desa terpencil tempat orang-orang tidak ramah kepada orang asing dan lebih sedikit pendatang baru yang datang, itu akan menjadi lingkaran setan menuju kejatuhan," kata Kitaoka.

Masalah imigrasi telah lama dianggap tabu di Jepang. Pasalnya banyak orang di negara dengan perekonomian terbesar ketiga dunia tersebut, menghargai homogenitas etnis.

Namun, tekanan untuk membuka perbatasan telah meningkat dan Jepang kekurangan pekerjaan kerah biru. Alhasil, pemerintah terdorong untuk membuat kategori visa baru.

Related Topics