Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Tarif Listrik dan Harga Emas Dorong Inflasi April 2025

Deputi Bidang Distribusi dan Jasa, BPS Pudji Ismartini. (Doc: BPS)
Intinya sih...
  • Tarif listrik naik 26,99% dan emas perhiasan 10,52%, menyumbang inflasi bulanan sebesar 1,17%.
  • Kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta perawatan pribadi berkontribusi terhadap inflasi tahunan.
  • Provinsi Papua Pegunungan mencatat inflasi tahunan tertinggi sebesar 5,96%, sementara di Provinsi Papua Barat hanya 0,15%.

Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Indonesia pada April 2025 mencapai 1,17 persen secara bulanan (month-to-month/MtM). Angka ini melambat dibandingkan dengan Maret yang mencapai 1,65 persen. Namun, inflasi tahunan (year-on-year/YoY) justru menunjukkan tren kenaikan signifikan, menyentuh 1,95 persen, melonjak dari 1,03 persen pada April tahun lalu.

Kenaikan tarif listrik dan harga emas perhiasan menjadi penyumbang utama inflasi pada bulan ini.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, memerinci pendorong utama inflasi bulanan April. Tarif listrik mengalami inflasi signifikan sebesar 26,99 persen, menyumbang 0,97 persen terhadap total inflasi bulanan. Angka ini menjadi penyumbang tunggal terbesar terhadap Indeks Harga Konsumen (IHK) bulanan.

“Kenaikan ini disebabkan oleh berakhirnya diskon 50 persen tarif listrik pada pelanggan pascabayar yang diberlakukan pada periode sebelumnya. Akibatnya, tagihan listrik Maret yang dibayarkan pada April menggunakan tarif normal kembali,” kata Pudji dalam konferensi pers yang digelar Jumat (2/5).

Selain tarif listrik, emas perhiasan juga mencatat inflasi mencolok 10,52 persen, berkontribusi 0,16 persen terhadap inflasi bulanan. Pudji menyebut, kenaikan pada komoditas ini adalah yang tertinggi dalam 20 bulan terakhir, terutama dipicu lonjakan harga emas global.

“Permintaan emas masih tinggi sementara harga global terus meningkat, sehingga mendorong inflasi pada komoditas ini secara signifikan,” ujarnya.

Secara keseluruhan, Pudji menambahkan, semua komponen mengalami inflasi, dengan pendorong utama berasal dari kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices). Komponen ini naik 5,21 persen secara MtM dan menyumbang 0,98 persen terhadap inflasi bulanan. Selain tarif listrik, komoditas lain dalam kelompok ini termasuk tarif angkutan udara dan tarif kereta api.

Meskipun inflasi bulanan melandai, tren inflasi tahunan (April 2025 vs April 2024) justru meningkat tajam. Pendorong utama inflasi tahunan tertinggi berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mencatat inflasi 2,17 persen dengan andil 0,64 persen terhadap inflasi YoY. Kelompok lain yang juga berkontribusi signifikan adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya, melonjak 9,93 persen dengan andil 0,62 persen terhadap inflasi YoY.

Ditinjau dari sisi wilayah, Provinsi Papua Pegunungan mencatat inflasi tahunan tertinggi sebesar 5,96 persen, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 114,22. Inflasi terendah di tingkat provinsi terjadi di Papua Barat, hanya 0,15 persen dengan IHK 106,95.

Di tingkat kabupaten/kota, Kabupaten Jayawijaya juga mencatat inflasi tahunan tertinggi (5,96 persen), sejalan dengan data provinsinya. Sementara itu, inflasi terendah terjadi di Kota Sorong, yaitu 0,12 persen dengan IHK 104,45.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us