Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Pekerjaan Apa Saja yang Akan Digantikan AI? Bank Sentral AS Punya Jawabannya

ilustrasi pekerjaan AI di masa depan(pexels.com/Alex Knight)
ilustrasi pekerjaan AI di masa depan(pexels.com/Alex Knight)
Intinya sih...
  • AI mengancam pekerjaan yang melibatkan tugas kognitif rutin.
  • Pekerja wanita dan berusia muda lebih rentan terhadap penggantian pekerjaan oleh AI.
  • Pekerjaan yang membutuhkan keahlian dalam kecerdasan emosional, kreativitas, keterampilan fisik, dan pemecahan masalah non-rutin masih sulit digantikan oleh AI.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - Kekhawatiran soal kecerdasan buatan (AI) yang akan mengambil alih pekerjaan manusia kini mendapat penegasan dari sebuah studi baru yang dirilis oleh St. Louis Federal Reserve, salah satu bank sentral regional di Amerika Serikat. Studi ini tidak hanya mengidentifikasi profesi yang paling rentan, tetapi juga kelompok pekerja paling berisiko.

Penelitian yang ditulis oleh Subadra Brown dan B. Ravikumar ini menganalisis 840 jenis pekerjaan demi memahami sejauh mana tugas-tugas di dalamnya dapat digantikan oleh teknologi AI. Hasilnya menunjukkan dampak AI tidak akan merata, dengan beberapa profesi menghadapi risiko otomasi yang jauh lebih tinggi dibanding yang lain.

Lantas, pekerjaan apa saja yang berada pada urutan teratas dalam daftar tersebut?

Menurut laporan Fortune yang mengutip studi bank sentral Amerika Serikat (AS), Fed, profesi-profesi yang paling terekspos terhadap AI adalah pekerjaan yang banyak melibatkan tugas kognitif rutin. Ini adalah tugas-tugas yang berulang, mengikuti aturan yang jelas, dan tidak memerlukan banyak pemikiran analitis atau kreativitas mendalam.

Beberapa contoh profesi yang paling berisiko meliputi:

  • Teller bank: Tugas mereka dalam memproses transaksi semakin banyak digantikan oleh ATM pintar dan perbankan digital.
  • Petugas entri data (data entry clerk): AI kini sangat efisien dalam membaca, menyortir, dan memasukkan data secara otomatis.
  • Asisten administrasi dan sekretaris: Penjadwalan, penyusunan email, dan manajemen dokumen adalah tugas-tugas yang dapat dengan mudah diambil alih oleh asisten virtual berbasis AI.
  • Operator telepon dan resepsionis: Sistem penjawab otomatis (IVR) yang semakin canggih dan chatbot mampu menangani sebagian besar interaksi pelanggan.
  • Analis kredit tingkat awal: Analisis data keuangan untuk persetujuan pinjaman standar dapat dilakukan lebih cepat dan akurat oleh algoritma.

Temuan menarik dari studi ini adalah kelompok demografi paling rentan. Para peneliti menemukan pekerja wanita dan pekerja berusia muda secara tidak proporsional lebih banyak mengisi posisi-posisi dengan tugas kognitif rutin. Akibatnya, mereka menghadapi risiko pemutusan hubungan kerja (PHK) atau perubahan deskripsi pekerjaan yang lebih besar akibat adopsi AI.

"Pekerja dalam kelompok ini cenderung terkonsentrasi pada pekerjaan yang tugasnya dapat dengan mudah diotomatisasi oleh AI," demikian para peneliti dalam laporannya.

Di sisi lain, studi ini juga menyoroti profesi-profesi yang paling tidak mungkin digantikan oleh AI. Pekerjaan ini umumnya membutuhkan keahlian dalam:

  • Kecerdasan emosional dan interaksi manusia yang kompleks: seperti psikolog, pekerja sosial, dan manajer sumber daya manusia.
  • Kreativitas dan pemikiran orisinal: seperti seniman, desainer grafis, dan ilmuwan peneliti.
  • Keterampilan fisik dan ketangkasan manual: seperti tukang ledeng, teknisi listrik, dan ahli bedah.
  • Pemecahan masalah non-rutin: seperti pengacara, CEO, dan detektif.

Intinya, pekerjaan yang membutuhkan empati, kreativitas, pemikiran strategis yang kompleks, dan sentuhan fisik manusia masih akan sulit digantikan oleh mesin dalam waktu dekat.

Studi dari St. Louis Fed ini menjadi pengingat bahwa revolusi AI bukanlah lagi wacana masa depan, melainkan sebuah realitas yang sedang membentuk ulang pasar tenaga kerja saat ini.

Share
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us