Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Image 1_SMI MS release.png
Ilustrasi: penggunaan perangkat lunak asli dan berlisensi resmi menjadi penting untuk mengurangi risiko dari serang siber. (Dok. Istimewa)

Jakarta, FORTUNE - Di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, ancaman serangan siber semakin nyata dan mengkhawatirkan bagi berbagai sektor, termasuk instansi pemerintah dan perusahaan swasta.

Laporan terbaru Microsoft Digital Defense Report 2024 mengungkap temuan cukup mencemaskan. Serangan ransomware yang dioperasikan oleh manusia mengalami lonjakan signifikan, meningkat hingga 2,75 kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Laporan tersebut juga menyebutkan lebih dari 90 persen insiden ransomware berhasil menembus pertahanan organisasi melalui perangkat yang belum dikelola dalam jaringan sebagai pintu masuk utama.

Menanggapi tren peningkatan serangan siber ini, Direktur PT Synnex Metrodata Indonesia, Lie Heng, menegaskan perlunya implementasi langkah-langkah keamanan yang komprehensif. Salah satu langkah penting yang ia tekankan adalah penggunaan perangkat lunak asli dan memiliki lisensi resmi.

Laporan terbaru Microsoft Digital Defense Report 2024 mengungkapkan bahwa serangan ransomware yang dioperasikan manusia meningkat 2,75 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Lebih dari 90 persen insiden yang berujung pada tuntutan tebusan memanfaatkan perangkat yang belum dikelola dalam jaringan organisasi sebagai pintu masuk utama.

Menurut Lie, penggunaan perangkat lunak asli tidak hanya meningkatkan kinerja sistem, tetapi juga berperan penting dalam memperkuat pertahanan terhadap berbagai ancaman keamanan siber.

“Kami yakin bahwa hanya perangkat lunak asli dan berlisensi lengkap yang mampu memberikan keandalan dan keamanan yang dibutuhkan oleh lanskap digital saat ini,” katanya dalam keterangannya, Selasa (25/3).

Penggunaan perangkat lunak asli menjamin sejumlah keuntungan, termasuk dukungan teknis yang optimal dari pengembang, pembaruan sistem secara berkala untuk menambal celah keamanan, serta penanganan kerentanan keamanan secara tepat waktu. Hal ini memungkinkan organisasi untuk meminimalisir risiko operasional yang mungkin timbul akibat serangan siber dan menjaga keamanan data-data vital perusahaan.

Hingga saat ini, PT Synnex Metrodata Indonesia (SMI) telah mendistribusikan lebih dari 10.000 unit perangkat yang menggunakan sistem operasi Windows 11 Pro yang dilengkapi dengan perangkat lunak Microsoft asli dan berlisensi lengkap.

Dengan berakhirnya dukungan untuk sistem operasi Windows 10 pada 14 Oktober mendatang, instansi pemerintah maupun perusahaan swasta sangat dianjurkan untuk segera beralih ke platform lebih aman seperti Windows 11 Pro.

Peralihan ini bukan sekadar pembaruan perangkat keras, melainkan langkah strategis yang penting dalam melindungi infrastruktur digital dari ancaman siber yang semakin canggih dan kompleks.

Keunggulan Windows 11 Pro dalam keamanan siber

Menurut studi Forrester pada Desember 2022, organisasi yang melakukan peningkatan ke Windows 11 Pro berpotensi meraih pengembalian investasi hingga 250 persen dalam tiga tahun. Selain itu, Windows 11 Pro menawarkan kompatibilitas aplikasi 99,7 persen serta mampu mengurangi waktu penerapan perangkat hingga sekitar 25 persen.

Windows 11 Pro juga menghadirkan fitur keamanan mutakhir seperti Windows Hello, enkripsi perangkat, keamanan berbasis virtualisasi (VBS), integritas kode yang dilindungi hypervisor (HVCI), dan secure boot. Fitur-fitur ini sangat penting untuk memastikan perlindungan optimal terhadap sistem kritis yang digunakan oleh instansi pemerintah.

Microsoft DPS Sales Lead untuk Asia Pasifik, Lisa Halim, menyampaikan dukungannya terhadap upaya SMI dalam mengedepankan keamanan digital.

“Windows 11 Pro menawarkan langkah keamanan canggih, manajemen yang lebih terintegrasi, serta produktivitas yang ditingkatkan dengan kecerdasan buatan, sehingga instansi pemerintah dapat dengan percaya diri melindungi data dan operasional mereka dalam lingkungan siber yang terus berkembang,” ujarnya.

Editorial Team