NEWS

Luhut Tagih Komitmen Negara Maju untuk Turunkan Emisi Karbon

Luhut akan bahas komitmen ini saat pertemuan di Bali.

Luhut Tagih Komitmen Negara Maju untuk Turunkan Emisi KarbonMenteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan memberikan kata sambutan pada acara peluncuran kendaraan listrik GrabElectric di kantor Kemnko Marves, Jakarta, Selasa (12/7). (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja).
by
12 July 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan, mengatakan akan segera menagih kontribusi negara-negara kaya dalam upaya pengurangan emisi karbon.

Menurut Luhut, capaian transisi ke energi bersih antara negara berkembang seperti Indonesia dengan negara-negara maju sangat timpang. Di sisi lain, saat emisi yang dihasilkan negara maju masih lebih tinggi, negara-negara berkembang seperti Indonesia diminta untuk segara bertransisi.

"Jadi, saya mau ketemu mereka di Bali nanti. Saya mau bilang, 'Mana uangmu? Taruh sini. Kami sudah siap. Jadi, kita menantang dia (negara-negara maju]," tegas Luhut saat di Kemenko Marves, Jakarta, Selasa (12/7).

Dia menilai negara-negara maju justru membebani negara berkembang, seperti Indonesia, untuk mengurangi emisi karbon.

Luhut mengatakan Indonesia siap menyerap dana bantuan tersebut untuk mengurangi emisi karbon. Indonesia menargetkan penurunan emisi karbon sebanyak 41 persen dari realisasi emisi 2010 pada 2030 dengan bantuan internasional.

Pembangunan Green Industrial Park

Masterplan Batang Industrial Park.
Masterplan Batang Industrial Park. (dok. Intiland)

Upaya penurunan emisi di antaranya lewat pembangunan industri kendaraan listrik, salah satunya di Green Industrial Park. Luhut mengatakan investasi dalam Green Industrial Park yang dikelola PT Kalimantan Industrial Park Indonesia di Kalimantan Utara dapat mencapai US$200 miliar dalam sembilan tahun ke depan. Saat ini, total investasi yang dibutuhkan adalah US$132 miliar.

Luhut mengatakan KIH akan menjadi kawasan industri hijau terbesar di dunia dengan luas lahan 30.000 hektare. Luhut mengajukan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebagai percepatan realisasi investasi di Green Industrial Park.

"Bikin PLTU di sana supaya buat (menggantikan fungsi pembangkit listrik) hydropower (sementara). Jadi, (pembangunan pembangkit listrik) hidropower (butuh waktu) 6 tahun, kalau PLTU hanya 1,5 tahun," kata Luhut.

Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menagih janji negara-negara maju yang akan membantu memberi kucuran dana US$100 miliar, atau setara dengan Rp1,4 triliun. Dana tersebut akan digunakan untuk penanganan perubahan iklim, seperti mempercepat transisi energi ke energi baru terbarukan (EBT).

Sayangnya, janji tersebut masih belum terealisasi hingga sekarang. Untuk itu, sejalan dengan peran Presidensi G20, Indonesia akan memanfaatkan forum tersebut untuk mendiskusikan kembali mengenai bantuan yang dijanjikan, sehingga realisasi percepatan transisi energi di Indonesia dapat segera terlaksanakan.

Mahalnya ongkos turunkan emisi

Menteri Keuangan, Sri Mulyani.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Related Topics