NEWS

Sri Mulyani Ungkap Pentingnya Seluruh Negara Pulih Bersama-sama

Pemulihan berbeda berisiko perketat likuiditas global.

Sri Mulyani Ungkap Pentingnya Seluruh Negara Pulih Bersama-samaMenteri Keuangan, Sri Mulyani, dalam konferensi pers daring Finance and Central Bank Deputies (FCBD) Meeting di Nusa Dua, Bali, Kamis (9/12). (FORTUNEIDN)

by Hendra Friana

17 February 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan pentingnya memastikan pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19 di tiap negara berjalan berbarengan untuk menghindari ketidakseimbangan.

Sebab, pemulihan ekonomi yang berbeda mungkin memiliki implikasi yang signifikan, karena dapat menyebabkan kecepatan normalisasi kebijakan yang berbeda dan berpotensi menciptakan kondisi likuiditas global yang lebih ketat.

"Seperti yang kita semua saksikan, ekonomi global telah pulih, tetapi pemulihan tidak merata," ujarnya dalam Opening of the 1st Finance Minister and Central Bank Governor Meeting di Jakarta, Kamis.

Meski demikian, untuk mencapai pemulihan yang lancar dan pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif, berbagai masalah ekonomi yang berkepanjangan perlu lebih dulu diselesaikan. Pasalnya pandemi Covid-19 telah menyebabkan disrupsi ekonomi global yang dalam, baik dari sisi penawaran maupun permintaan.

Pengangguran yang tinggi, investasi yang lemah, dan produktivitas yang rendah selama pandemi harus segera ditangani agar tak menghambat pemulihan sektor swasta dan menyebabkan dampak jangka panjang pada keuangan publik, serta dapat mempengaruhi baik sektor riil maupun sektor keuangan.

"Dengan latar belakang ini, saat dunia bergerak menuju pemulihan, ada kebutuhan yang mendesak untuk mengatasi risiko yang berasal dari normalisasi kebijakan dan efek luka memar perekonomian," tegas Sri Mulyani.

Lantaran itu lah, ia berpendapat kebijakan kedepan harus dikembangkan dengan kalibrasi yang baik, terencana dengan matang, serta dibarengi dengan strategi keluar (exit strategy) yang dikomunikasikan dengan baik. "Harus dipastikan pula bahwa pertumbuhan ekonomi tetap inklusif dan tak ada negara yang tertinggal," tuturnya.

Kemampuan tiap negara berbeda

Kendati demikian, ia tak menampik bahwa kemampuan masing-masing negara dalam menghadapi pandemi Covid-19 dan memulihkan perekonomiannya berbeda-beda. “Kemampuan negara-negara dalam menghadapi pandemi Covid-19 berbeda-beda. Bahkan termasuk di dalamnya kecepatan tingkat vaksinasi juga berbeda,” ucapnya. 

Indonesia sendiri hingga saat ini masih menekankan pentingnya kewaspadaan akan risiko lain selain dari kesehatan yang muncul, seperti risiko peningkatan inflasi, ketidaksesuaian pasar tenaga kerja, tekanan pendapatan, dan harga energi yang meningkat

Di samping itu ada juga risiko dari normalisasi kebijakan yang dilakukan oleh negara maju yang sudah pulih lebih cepat yang ini kemudian menimbulkan kesenjangan dengan negara berkembang. 

Dengan demikian, dalam kepemimpinan Indonesia di forum G20 pada tahun ini, Indoensia akan menekankan komitmen untuk menyehatkan ekonomi global. 

Dalam hal ini, penekanan oleh Indonesia adalah bagaimana cara membantu negara-negara untuk mengelola dampak dari Omicron dan varian-varian lain yang munglkin akan muncul.