NEWS

Target Pangkas Emisi Sektor Energi 2022 Melonjak Jadi 91 Juta Ton CO2e

Sektor energi penuhi target NDC tiga tahun berturut-turut.

Target Pangkas Emisi Sektor Energi 2022 Melonjak Jadi 91 Juta Ton CO2eEmisi CO2. (Pixabay/Pixource)
13 January 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meningkat menjadi 91 juta ton CO2e di tahun ini. Peningkatan tersebut sejalan dengan target penurunan emisi yang tertuang dalam Nationally Determined Contribution (NDC) yang merupakan turunan dari ratifikasi Perjanjian Paris.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengaku optimistis dapat mencapai target tersebut hingga akhir 2022. Pasalnya sudah tiga tahun berturut-turut capaian mitigasi perubahan iklim itu memenuhi target.

"Tahun lalu emisi GRK sektor energi telah diturunkan 69,5 juta ton CO2e dari target 67 juta ton CO2e, dengan kontribusi terbesar antara lain dari penurunan emisi melalui implementasi EBT, aplikasi efisiensi energi dan penerapan bahan bakar rendah karbon yaitu gas alam," jelasnya di komisi VII DPR, Kamis (13/1).

Sebagai catatan, pada 2019 dan 2020, capaian penurunan emisi GRK sektor energi juga memenuhi target yang ditetapkan. Tahun 2020, dari target 58 juta ton CO2e, capaian penurunan emisi mencapai 64,4 juta ton CO2e. Sedangkan pada 2019 dari target 51 juta ton CO2e, emisi yang berhasil diturunkan mencapai 54,8 juta ton.

Khusus tahun 2020, secara terperinci penurun emisi disumbangkan oleh implementasi Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 34,2 juta ton CO2e, lalu efisiensi energi 12,9 juta ton CO2e, bahan bakar karbon rendah 8,3 juta ton CO2e, penggunaan teknologi pembangkit bersih 5,9 juta ton CO2e, dan kegiatan lain 2,8 juta ton CO2e.

Sementara pada 2021  penurun emisi disumbangkan oleh implementasi Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 30,3 juta ton CO2e, efisiensi energi 14,6 juta ton CO2e, bahan bakar karbon rendah 12 juta ton CO2e, penggunaan teknologi pembangkit bersih 9,3 juta ton CO2e, dan kegiatan lain 3,1 juta ton CO2e.

Hentikan PLTU

Sekedar informasi, dalam dokumen peta jalan NDC, Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi GRK sebesar 29 persen dengan upaya sendiri dan 41 persen melalui kerjasama internasional pada tahun 2030. Sektor energi dengan target penurunan emisi GRK sebesar 11 persen memegang peranan penting dalam pencapaian target tersebut. Pasalnya sektor kehutanan dipastikan sudah bisa memenuhi target melalui Forestry and Other Land Uses (FoLU) Net Sink.

Kementerian ESDM ditugaskan mencapai target sektor ini, yakni menekan GRK 314 juta CO2e hingga. Target itu oleh Kementerian ESDM kembali dirinci ke dalam subsektor energi efisiensi di mana masing-masing subsektor memiliki target berbeda-beda.

Meski demikian, pada pertengahan 2021, laporan Think Tank Carbon Tracker Initiative bertajuk Do Not Revive Coal memprediksi bahwa Indonesia dan 4 negara lainnya yaitu Jepang, India, Vietnam, dan Tiongkok  tak akan mencapai target NDC. Alasannya adalah masih besarnya porsi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dalam bauran energi nasional.

Laporan tersebut juga menulis kelima negara tersebut berencana membangun 600 PLTU baru yang mencakup sekitar 80 persen dari porsi pembangkit batu bara baru global, dengan kapasitas melebihi 300 gigawatt (GW). Hal ini dianggap mengkhawatirkan, karena tak menghiraukan seruan Sekretaris Jenderal Persatuan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres untuk membatalkan PLTU batu bara baru. 

Meski demikian, pada akhir tahun lalu pemerintah memutuskan untuk meluncurkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) baru untuk periode 2021-2030 dengan menaikkan porsi pembangkit energi baru terbarukan dan menolak pembangunan PLTU baru kecuali yang telah masuk tahap konstruksi. 

Related Topics