WhatsApp Resmi Hadirkan Iklan, Mengakhiri Visi Para Pendirinya

- WhatsApp resmi memasuki babak baru dengan menampilkan iklan pada tab "Pembaruan" atau Updates pada aplikasi.
- Iklan akan muncul dalam fitur Status, dan pengiklan dapat membayar demi mempromosikan saluran WhatsApp mereka.
- Pendiri WhatsApp, Jan Koum dan Brian Acton, hengkang dari perusahaan karena perdebatan tentang iklan.
Jakarta, FORTUNE - WhatsApp, aplikasi pesan instan yang terkenal bebas iklan, kini resmi memasuki babak baru. Meta, perusahaan induk yang juga menaungi Facebook dan Instagram, mengumumkan akan mulai menampilkan iklan pada tab "Pembaruan" (Updates)—sebuah langkah yang berseberangan dengan prinsip para pendirinya, Jan Koum dan Brian Acton.
Laporan Fortune, Selasa (17/6), melansir bahwa iklan tersebut akan muncul dalam fitur Status, yaitu unggahan foto atau video yang menghilang dalam 24 jam, mirip seperti Stories pada Instagram.
Selain itu, pengiklan kini dapat membayar untuk mempromosikan saluran (channels) mereka. Di sisi lain, para kreator atau perusahaan pengelola saluran juga diberi opsi menjual langganan kepada pengikutnya.
Langkah Meta ini menandai pergeseran besar dari semangat awal WhatsApp yang mengedepankan pengalaman perpesanan murni tanpa gangguan komersial. Ketika Koum dan Acton meluncurkan aplikasi ini pada 2009, mereka secara eksplisit menolak kehadiran iklan.
Pengalaman buruk mereka selama bekerja di Yahoo!—yang sarat dengan tekanan iklan—menjadi alasan utama di balik keputusan itu. Bahkan, Koum dilaporkan selalu menyimpan secarik catatan dari Acton di mejanya yang berbunyi: “Tidak Ada Iklan! Tidak Ada Permainan! Tidak Ada Tipu Daya!”
Demi menjaga kemandirian finansial, WhatsApp saat itu mengenakan biaya simbolis US$1 per tahun setelah masa gratis satu tahun. Namun, segalanya berubah ketika WhatsApp diakuisisi oleh Facebook (kini Meta) pada 2014 senilai US$22 miliar. Meski sempat dijanjikan akan tetap bebas iklan, janji tersebut tampaknya memudar seiring berjalannya waktu.
Perselisihan antara pendiri WhatsApp dan manajemen Meta pun mencuat. Koum dan Acton akhirnya hengkang dari perusahaan pada 2017 dan 2018, setelah ketegangan seputar permintaan agar WhatsApp lebih terbuka dalam berbagi data pengguna dengan Facebook serta dorongan internal untuk monetisasi melalui iklan.
Dalam wawancara dengan Forbes pada 2019, Acton mengaku kecewa terhadap rencana Meta menyertakan iklan dalam fitur Status.
“Iklan [itu] adalah hal yang membuat saya tidak senang,” ujarnya.
Ia sempat menawarkan alternatif monetisasi berupa sistem berbayar per pesan. Namun, usul itu ditolak oleh Sheryl Sandberg, yang saat itu menjabat COO Meta, dengan alasan model bisnis tersebut sulit diperluas (scale-up).
Acton pun menanggapi penolakan tersebut dengan sinis,
Kini, dengan diluncurkannya fitur iklan baru tersebut, Meta menegaskan bahwa inovasi ini merupakan hasil pertimbangan panjang dan tidak akan mengganggu pengalaman inti pengguna.
"Jika Anda hanya menggunakan WhatsApp untuk mengirim pesan pribadi ke teman dan keluarga, tidak ada yang berubah," ujar juru bicara Meta dalam pernyataannya kepada Fortune.