Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Transisi Kendaraan Listrik Jadi Pendorong Ekonomi Hijau & Tenaga Kerja

ilustrasi mobil listrik (unsplash.com/helloimnik)
ilustrasi mobil listrik (unsplash.com/helloimnik)
Intinya sih...
  • Transisi kendaraan listrik dipandang sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi hijau di Indonesia.
  • INDEF menunjukkan bahwa transisi EV berpotensi menekan biaya mobilitas masyarakat dan mengurangi tekanan fiskal dari subsidi energi konvensional.
  • Pelaku industri AISMOLI menyatakan bahwa keberhasilan transisi kendaraan listrik akan menciptakan efek berganda terhadap industri nasional dan penyerapan tenaga kerja.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta,FORTUNE – Transisi kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) dipandang sebagai salah satu penggerak utama pertumbuhan ekonomi hijau di Indonesia. Lebih dari sekadar agenda lingkungan, elektrifikasi transportasi membuka peluang investasi baru, menciptakan lapangan kerja berkualitas, serta mendorong efisiensi fiskal melalui penghematan subsidi energi.

Analisis Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) bahkan menunjukkan bahwa hampir 20 persen pengeluaran non makanan rumah tangga di Indonesia dialokasikan  untuk kebutuhan kendaraan, mencakup  pembelian, perawatan, pajak, dan bahan bakar. Karena itu, transisi EV berpotensi menghadirkan manfaat ganda: menekan biaya mobilitas masyarakat sekaligus mengurangi tekanan fiskal dari subsidi energi konvensional.

“Indonesia kini memasuki tahap di mana hilirisasi tidak lagi hanya soal menambah nilai ekspor, tetapi membangun ekosistem industri yang berkelanjutan dan terintegrasi dari hulu ke hilir. Ekosistem dalam negeri terbentuk, ekspor meningkat, devisa bertambah, dan lapangan kerja tumbuh—lebih dari 10 ribu tenaga kerja telah terserap dari proyek-proyek yang sudah berjalan,” jelas Ahmad Faisal Suralaga, Direktur Strategi dan Tata Kelola Hilirisasi, Kementerian Investasi/BKPM dalam acara Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2025 yang dikutip melalui keterangan resmi di Jakarta, Senin (13/10).

INDEF: reformasi fiskal dorong transisi energi hijau

ilustrasi energi hijau (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi energi hijau (pexels.com/Pixabay)

Sementara itu,  Andry Satrio Nugroho, Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi INDEF, juga menekankan pentingnya desain kebijakan fiskal yang cermat dalam mempercepat transisi kendaraan listrik. Ia mengatakan, penerapan cukai emisi dapat menjadi strategi fiskal yang berkelanjutan karena mampu mengkompensasi bahkan melebihi potensi kehilangan pajak tahunan akibat insentif kendaraan listrik, hingga mencapai 111 persen.

“Selain itu, struktur tarif cukai ini  akan menciptakan sistem yang lebih adil karena memberi disinsentif bagi kendaraan tinggi emisi tanpa membebani pengguna kendaraan rendah emisi,” tambah Andry.

Temuan INDEF juga menunjukkan bahwa secara agregat, potensi beban fiskal  untuk kendaraan berbahan bakar fosil mencapai sekitar Rp308 triliun per tahun, atau 95 persen lebih besar dibanding potensi penerimaan negara yang hilang akibat insentif kendaraan listrik yakni sebesar  Rp14,7 triliun per tahun. Oleh karena itu, diperlukan desain kebijakan fiskal yang tepat agar elektrifikasi transportasi dapat dipercepat sekaligus menjadi solusi berkelanjutan untuk menekan subsidi dan kompensasi BBM yang selama ini menjadi beban fiskal yang besar. 

Sementara itu, dari sisi pelaku industri R. Hanggoro Ananta dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (AISMOLI) turut menegaskan bahwa keberhasilan transisi kendaraan listrik akan menciptakan efek berganda terhadap industri nasional dan penyerapan tenaga kerja.

“Transisi kendaraan listrik bukan hanya langkah menuju nol emisi, tetapi jalan menuju ekonomi hijau yang memperkuat kemandirian bangsa dan membuka lapangan kerja berkualitas. Untuk mencapainya, kita perlu memperkuat rantai pasok lokal, mengembangkan riset teknologi baterai, dan mengintegrasikan energi terbarukan agar industri ini tumbuh dari inovasi dalam negeri, bukan dari ketergantungan pada impor,” kata Hanggoro.

AISMOLI sendiri saat ini menaungi lebih dari 57 perusahan aktif yang mencakup manufaktur, komponen, hingga konversi sepeda motor listrik. Dengan ekosistem yang terus tumbuh, industri motor listrik nasional diproyeksikan dapat menciptakan lebih dari 150 ribu teknisi dan tenaga kerja baru pada 2030, seiring peningkatan kapasitas produksi dan adopsi kendaraan listrik nasional.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pingit Aria
EditorPingit Aria
Follow Us

Latest in Business

See More

10 Mobil Terlaris Sepanjang Januari-September 2025, Apa Saja?

13 Okt 2025, 11:52 WIBBusiness