Laba TUGU Melonjak Empat Kali Lipat Hingga Januari 2025

- Laba induk usaha TUGU mencapai Rp46,02 miliar hingga Januari 2025, naik 363 persen dari tahun sebelumnya.
- Pendapatan premi diterima meningkat 83,49 persen menjadi Rp578,39 miliar pada Januari 2025.
- TUGU mencatat ekuitas sebesar Rp5,85 triliun dan RBC mencapai 433,74 persen.
Jakarta, FORTUNE - PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) atau Tugu Insurance, yang termasuk sebagai unit usaha syariah, membukukan laba Rp46,02 miliar hingga Januari 2025.
Capaian tersebut mengalami lonjakan hingga empat kali lipat atau 363 persen dari Rp9,95 miliar pada periode sama tahun sebelumnya (year-on-year) .
Peningkatan laba yang belum memasukkan laba anak usaha itu ditopang oleh pendapatan top line yang juga melejit. Pendapatan premi diterima meningkat 83,49 persen secara tahunan menjadi Rp578,39 miliar pada Januari 2025.
Di sisi lain hasil underwriting terbang 367,93 persen secara tahunan menjadi Rp62,29 miliar. Selain itu, pendapatan TUGU juga masih bertambah dari hasil investasi yang naik 15,17 persen secara tahunan menjadi Rp26,69 miliar.
Meski pendapatan meningkat tinggi, TUGU mampu mengendalikan beban operasionalnya melalui catatan flat pada peningkatan 1,13 persen menjadi Rp41,27 miliar.
Analis NH Korindo Sekuritas, Leonardo Lijuwardi, menilai kinerja TUGU pada awal tahun cukup baik dan memberikan optimisme kepada para investor.
"Dengan captive market yang kuat serta ekspansi bisnis kepada non-captive market, pendapatan TUGU cukup bagus pada awal tahun ini," ujarnya, Senin (3/3).
Dia juga menyampaikan kemampuan TUGU dalam menghasilkan pertumbuhan pendapatan didorong oleh permodalan yang kuat serta kondisi perusahaan yang sehat. Hal tersebut menjadi penting karena bisnis asuransi adalah kepercayaan. Semakin sehat perusahaan itu, maka akan semakin besar rasa percaya para nasabah padanya.
Dari sisi ekuitas, TUGU memiliki Rp5,85 triliun pada akhir Januari 2025. Sementara itu, solvabilitasnya atau risk-based capital (RBC) pada akhir Januari 2025 mencapai 433,74 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan RBC batas syarat OJK pada 120 persen.
Menurut Leonardo, kinerja tersebut menjadikan TUGU sebagai salah satu emiten yang menarik pada sektor asuransi yang sahamnya dapat digenggam dalam jangka waktu panjang. Hal ini didasarkan pada kriteria bahwa sejak IPO pada 2018, TUGU selalu mengalami pertumbuhan positif.
Emiten ini selalu memberikan dividen dengan yield menarik, yakni di atas rata-rata emiten BEI. Laporan keuangannya pada 2023 menunjukkan dividend yield TUGU adalah 12,7 persen.
“Satu lagi yang menarik adalah TUGU masih undervalued, karena pada harga saham sekarang setara dengan 0,3-0,4 kali price to book value,” ujarnya.
Price to book value atau PBV adalah rasio yang membandingkan posisi antara harga saham dengan book value atau nilai buku per saham dari sebuah emiten.
Saat ini, rata-rata PBV sektor asuransi mencapai 1 kali, sedangkan saham-saham di IDX Finance berkisar 1,5 sampai 2 kali. Dengan perbandingan tersebut, saham TUGU cenderung masih murah dibandingkan dengan saham asuransi maupun finansial lainnya.