Jadi Cornerstone Investor IPO Nanshan, INDY Rogoh US$10 Juta

Jakarta, FORTUNE - PT Indika Energy Tbk (INDY) berpartisipasi dalam rencana penawaran umum perdana (IPO) Nanshan Aluminium International Holdings Limited (Nanshan) di Bursa Efek Hong Kong (HKEX).
Dikutip dari keterbukaan informasi, INDY melalui entitas anak usahanya, PT Perkasa Investama Mineral akan berinvestasi sebesar US$10 juta atau yang setara dalam dolar Hong Kong.
Nilai investasi final akan mengacu pada nilai tukar yang berlaku pada atau sekitar tanggal penutupan. Harga pembelian dan alokasi saham pun akan tunduk pada proses valuasi dan penawaran awal (bookbuilding) IPO.
"Perseroan meyakini bahwa investasi ini diharapkan dapat meningkatkan kapabilitas operasional perseroan dengan mendiversifikasi portofolio serta memperluas kehadiran di pasar internasional," demikian menurut Sekretaris Perusahaan INDY, Adi Pramono, dikutip Selasa (18/3).
Adapun, INDY akan masuk sebagai cornerstone investor atau investor yang berkomitmen mengambil nilai saham yang tetap dalam IPO di tahap awal, sebelum roadshow investor utama dan penawaran awal berlangsung.
Keputusan investasi tersebut berlandaskan Cornerstone Investment Agreement antara INDY, Nanshan, dan CMB International Capital Limited, dan Huatai Financial Holdings.
Penyelesaian investasi akan perseroan lakukan pada tanggal pencatatan. Sementara itu, jadwal pengiriman saham (melalui Hong Kong Central Clearing and Settlement) jatuh pada 25 Maret. Pengiriman itu diperkirakan bertepatan dengan tanggal pencatatan IPO Nanshan.
Adi menambahkan, "Langkah strategis ini sejalan dengan tujuan perseroan dalam mengurangi ketergantungan pada aktivitas yang terkait dengan batu bara."
Adapun, Nanshan Aluminium membidik untuk menghimpun dana IPO hingga 2,78 miliar dolar Hong Kong. Perusahaan afiliasi Press Metal itu menawarkan maksimal 88,2 juta unit saham dengan harga penawaran awal di kisaran 26,60 dolar Hong Kong sampai dengan 31,50 dolar Hong Kong.
IPO Nanshan berlangsung di tengah tren kenaikan harga aluminium. Dikutip dari Reuters, komoditas aluminium mencapai harga tertinggi selama 9 bulan terakhir pada Februari. Hal itu berkaitan dengan keputusan Uni Eropa yang melarang impor aluminium primer dari Rusia.
Nanshan sendiri memanufaktur alumina di Asia Tenggara, guna memenuhi permintaan regional.