Burberry Akan PHK 1.700 Karyawan Usai Rugi Rp1,6 Triliun

- Burberry akan PHK hingga 1.700 karyawan global setelah rugi Rp1,6 triliun.
- Pasar barang mewah lesu, Burberry catat penurunan pendapatan 17% di tengah penurunan permintaan di Tiongkok.
- CEO Joshua Schulman luncurkan strategi pemulihan Burberry Forward untuk penguatan kategori produk ikonik dan perbaikan sisi merchandising serta pemasaran.
Jakarta, FORTUNE – Perusahaan mode mewah asal Inggris, Burberry, mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 1.700 karyawan secara global. Langkah ini diambil sebagai bagian dari strategi efisiensi akibat memburuknya kinerja keuangan perusahaan dalam satu tahun terakhir.
Dalam laporan keuangan tahunannya, Burberry mencatat kerugian bersih sebesar £75 juta (sekitar Rp1,6 triliun) untuk periode April 2024 hingga Maret 2025. Padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya, perusahaan masih membukukan laba bersih sebesar £270 juta atau sekitar Rp5,75 triliun.
Hal tersebut menandai perubahan drastis dalam performa bisnis dalam waktu singkat. PHK ini diperkirakan berdampak pada hampir 20% dari total 9.300 tenaga kerja global Burberry. Sebagian besar pemangkasan karyawan terjadi di kantor pusat, termasuk London.
Burberry juga akan merampingkan rotasi kerja di toko-toko ritel dan menghapus shift malam di pabrik Castleford, Yorkshire. Pabrik tersebut dikenal memproduksi trench coat ikonik Burberry. Perubahan tersebut akan memengaruhi sekitar 150 pekerja.
Joshua Schulman sebagai CEO Burberry menjelaskan bahwa langkah-langkah efisiensi ditujukan untuk menghemat pengeluaran sebesar £60 juta (sekitar Rp1,28 triliun). Angka ini di luar target penghematan sebelumnya sebesar £40 juta yang diumumkan pada November 2024.
"Kami telah melihat kelebihan kapasitas di beberapa fasilitas selama bertahun-tahun. Kini saatnya merampingkan agar operasional tetap berkelanjutan," ujar Schulman, dikutip Vogue Business, Rabu (14/5).
Ia juga menyebut bahwa perusahaan akan berinvestasi di pabrik Castleford pada paruh kedua 2025 sebagai bagian dari restrukturisasi.
Pasar barang mewah lesu
Selain kerugian bersih, Burberry juga mencatat penurunan pendapatan sebesar 17% menjadi £2,46 miliar (sekitar Rp52,4 triliun) di tengah lesunya pasar barang mewah global. Salah satu penyebab utamanya adalah penurunan permintaan di pasar Tiongkok.
Dari sisi profitabilitas, Burberry membukukan kerugian sebelum pajak sebesar £66 juta (sekitar Rp1,4 triliun). Hal ini berbanding terbalik dari tahun sebelumnya yang mencatat laba sebelum pajak sebesar £383 juta (sekitar Rp8,2 triliun).
Burberry bukan satu-satunya merek yang terdampak. Penurunan serupa juga dialami oleh grup mode besar seperti Kering (pemilik Gucci dan Balenciaga) dan LVMH (pemilik Louis Vuitton dan Dior).
Dalam setahun terakhir, nilai pasar Burberry turun sekitar 25%. Sementara itu, nilai pasar LVMH merosot sepertiga dan Kering turun lebih dari 40%.
Strategi Burberry Forward sebagai langkah pemulihan
Untuk mengatasi tekanan, Schulman sebagai CEO meluncurkan strategi pemulihan bertajuk Burberry Forward pada November 2024. Strategi ini menitikberatkan pada penguatan kategori produk ikonik Burberry seperti outerwear (pakaian luar) dan scarf (syal).
Burberry sekaligus menurunkan harga produk di segmen yang kurang kompetitif, seperti tas dan produk kulit lainnya. Schulman juga menegaskan pentingnya perbaikan di sisi merchandising dan pemasaran untuk menarik kembali pelanggan inti. Mereka sempat asing oleh pendekatan Burberry yang terlalu eksperimental dalam beberapa tahun terakhir.
"Sepuluh bulan sejak saya bergabung, saya sangat senang dengan arah baru ekspresi merek kita, dari modern British luxury ke timeless British luxury. Respon pelanggan sangat positif, dan metrik merek kami meningkat signifikan di paruh kedua tahun ini," kata Schulman.
Meskipun penjualan tahunan mengalami tekanan, penurunan penjualan di kuartal terakhir hanya 6%, sedikit lebih baik dibanding prediksi analis sebesar 7%. Saham Burberry pun sempat naik hingga 8,6% setelah pengumuman strategi efisiensi ini.
"Saya percaya masa depan Burberry tetap cerah. Kami sedang membangun kembali merek ini dengan cara yang tepat," tutup Schulman dengan optimis.