Kembangkan Ekosistem Emas, BSI Siapkan 50 ATM Emas

- BSI siapkan 50 ATM emas di berbagai daerah
- 321 ton emas RI berpotensi dimonetisasi, Indonesia termasuk dalam negara top 10 produsen emas global
- BSI kelola 17,5 ton aset emas dan fokus pada penitipan dan perdagangan emas melalui 3 layanan
Jakarta, FORTUNE - PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) terus mengembangkan ekosistem emas dengan menyiapkan 50 ATM emas yang akan tersebar di berbagai daerah. Komitmen itu dijalankan setelah perseroan resmi ditunjuk sebagai salah satu pengelola bisnis bank emas atau bulion bank pertama di Indonesia pada 26 Februari 2025.
Direktur Utama BSI, Herry Gunardi menjelaskan, masyarakat bisa mepakukan pembelian emas melalui layanan BSI Emas Digital dan mengambil emas fisik batangannya di ATM.
321 ton emas RI berpotensi dimonetisasi

Sementara itu, Direktur Sales & Distribution BSI, Anton Sukarna mengatakan bahwa emas menjadi komoditi yang akan terus dikembangkan perseroan sebagai new game changer di industri perbankan syariah. “Hal tersebut didasari potensi dan peluang pengembangan alternatif bisnis yang memberikan nilai investasi bagi masyarakat," kata Anton.
Peluang untuk mengembangkan pasar emas Indonesia juga sangat besar, karena permintaan emas per kapita Indonesia masih terendah di Asia Tenggara, 0,16 gram per orang. Di sisi lain mengacu kajian McKinsey, emas yang beredar di masyarakat Indonesia mencapai 1.800 ton, dari sektor hulu ke hilir.
Sementara jumlah emas batangan di RI diproyeksikan sebesar 321 ton yang merupakan aset yang dapat dimonetisasi.
Jumlah ini berpotensi untuk terus meningkat mengingat Indonesia memiliki potensi cadangan emas Indonesia nomor 6 terbesar di dunia setara dengan 2.600 ton. Di sisi lain Indonesia termasuk dalam negara top 10 produsen emas global yang memproduksi sekitar 100 ton emas pada 2020.
Menurut Anton, melalui usaha bank emas, BSI dapat menangkap nilai ekonomi di seluruh rantai pasok emas, memonetisasi aset emas yang kurang produktif, dan tentunya memberikan kemudahan alternatif investasi syariah.
Upaya ini pun tak terlepas dari misi BSI melanjutkan arahan pemerintah sebagai lokomotif ekonomi syariah nasional. Juga untuk mendukung visi pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang yang diproyeksikan mencapai 8 persen pada 2029.
Anton mengatakan pihaknya optimistis bank emas atau usaha bulion akan memberikan daya tarik bagi para pelaku industri hulu hingga hilirisasi emas yang memberikan nilai tambah pada rantai produksi. Sebab, hilirisasi logam mulia meningkatkan nilai tambah bijih emas hingga 10 kali lipat.
BSI kelola 17,5 ton aset emas

Adapun bisnis emas BSI terus mengalami lonjakan pertumbuhan yang sangat signifikan melalui produk Gadai Emas, Cicil Emas, BSI Emas Digital dan BSI Gold. Sehingga kehadiran bisnis bank emas ini akan melengkapi ekosistem yang sudah dibangun sebelumnya.
Selama tahun 2024 total emas kelolaan BSI telah mencapai 17,5 ton dengan volume transaksi mencapai 29,7 ton.
Karena hal tersebut, Anton mengatakan potensi bisnis logam mulia akan terus dikembangkan melalui optimalisasi ekosistem bank emas yang telah dimiliki perseroan saat ini.
Pada 2025, BSI akan fokus pada dua lini utama dalam bisnis bank emas yaitu penitipan emas dan perdagangan emas melalui 3 fokus layanan.