Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kenaikan PPN Bakal Berdampak Ke Harga Barang, Ini Strategi Peritel

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/rwa

Jakarta, FORTUNE - Para pelaku usaha ritel menyebutkan tengah menyiapkan sejumlah strategi demi mengantisipasi peningkatan harga jual barang akibat kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) pada tahun depan. Berbagai strategi ini bakal ditempuh agar lonjakan harga barang tidak banyak memberatkan konsumen.

“Kalau untuk harga jual intinya jangan sampai tinggi karena tidak kompetitf,” kata Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Induansjah kepada Fortune Indonesia, Senin (18/10).

Pemerintah mulai April 2022 akan menaikkan tarif PPN menjadi 11 persen dari sebelumnya 10 persen. Kenaikan tarif juga akan diberlakukan secara bertahap menjadi 12 persen pada 2025. Hal ini tertuang dalam RUU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).

Sebagai informasi, PPN merupakan pungutan pajak yang dibebankan atas kegiatan jual beli (transaksi) barang dan jasa. PPN ini dipungut oleh pengusaha, namun dibebankan kepada konsumen. Dengan rencana kenaikan PPN tahun depan, hampir bisa dipastikan tarif barang dan jasa akan mengalami peningkatan.

Menurut Budihardjo, para peritel berupaya mengantisipasi kenaikan harga jual barang yang akan memberatkan konsumen. Caranya dengan melakukan efisiensi salah satunya menyediakan barang-barang yang berkualitas namun harganya terjangkau. “Kami harapkan antisipasi kami tetap dengan efisiensi mencari barang-barang yang lebih berkualitas dan murah sehingga bisa menekan inflasi dan harga-harga tidak naik,” katanya.   

Memberatkan

Pengunjung di pusat perbelanjaan, Denpasar, Bali, Selasa (10/8/2021). ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo

Peritel sebenarnya merasa berat dengan kenaikan tarif PPN pada tahun depan. Sebab, menurut Budihardjo dari Hippindo, rencana tersebut muncul di tengah kondisi ritel yang masih mengalami tekanan akibat pandemi khususnya sektor ritel luring atau offline.

“Walaupun yang menanggung PPN adalah konsumen tetapi dalam situasi ini apa pun yang membuat naiknya harga sehingga membuat penjualan barang akan lebih sulit, dan daya beli juga lagi lemanh itu sangat kami menghindari,” katanya.

Justru, kata Budihardjo, yang terjadi saat ini adalah peritel banyak memberikan promo khusus bagi konsumen. Hal ini agar penjualan barang bisa semakin lancar.

Meski begitu, Chief Executive Officer (CEO) Marco Indokarya ini mengatakan, saat ini kinerja sektor ritel mulai membaik seiring dengan pelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di sejumlah daerah. Dia pun berharap relaksasi PPKM ini bisa terus dilakukan ke depannya sehingga berdampak positif pada sektor usahanya.

“Prinsipnya pelonggaran-pelonggaran yang sudah mulai dibuka secara perlahan itu ada efek positif berupa mulai pulihnya trafik ke pusat belanja sehingga dampak membuat pusat belanja menjadi mulai naik kembali,” katanya.

Bank Indonesia sebelumnya mencatat kinerja indeks penjualan riil (IPR) pada Agustus 2021 masih minus 2,1 persen secara tahunan. Akan tetapi, ini lebih baik dari minus bulan sebelumnya sebesar 2,9 persen.

“Responden menyatakan peningkatan penjualan didorong oleh permintaan masyarakat sejalan dengan pelonggaran kebijakan pembatasan mobilitas di berbagai daerah,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI, Muhammad Nur, Senin (11/10).

Bank sentral juga memperkirakan, kinerja penjualan eceran pada September 2021 akan membaik secara bertahap, Kondisi ini tercermin dari membaiknya kontraksi IPR September 2021 sebesar 1,8 persen secara tahunan.  

Share
Topics
Editorial Team
pingit aria mutiara fajrin
Luky Maulana Firmansyah
pingit aria mutiara fajrin
Editorpingit aria mutiara fajrin
Follow Us