Produksi Beras Diperkirakan Tembus 18,76 Juta Ton, Naik 11,17 Persen

- Produksi beras Indonesia Januari-Juni 2025 diperkirakan mencapai 18,76 juta ton, naik 11,17% dari tahun sebelumnya.
- Provinsi penyumbang produksi padi terbesar masih didominasi oleh Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
- Harga beras di penggilingan pada April 2025 mencapai Rp12.734 per kilogram, dengan penurunan tipis secara tahunan.
Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi produksi beras konsumsi di Indonesia melonjak signifikan pada paruh pertama 2025, menawarkan harapan stabilitas pasokan pangan nasional. Sepanjang periode Januari hingga Juni 2025, BPS memperkirakan produksi beras akan mencapai 18,76 juta ton.
Angka ini mencerminkan lonjakan 1,89 juta ton, setara 11,17 persen, dibandingkan periode yang sama pada 2024. Peningkatan tersebut didorong proyeksi produksi padi yang mencapai 32,57 juta ton gabah kering giling (GKG) pada periode serupa, naik 3,27 juta ton dari semester pertama 2024.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan proyeksi optimistis ini dalam konferensi pers pada Jumat (2/5). Pudji menekankan, tiga provinsi di Pulau Jawa tetap menjadi kontributor utama produksi padi nasional.
“Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat masih menjadi tulang punggung produksi padi nasional pada semester I tahun ini,” kata Pudji.
Salah satu penopang lonjakan produksi adalah hasil panen pada Maret 2025. Luas panen padi pada bulan tersebut mencapai 1,67 juta hektare dengan total produksi GKG diperkirakan 8,93 juta ton.
Angka GKG Maret ini melonjak tajam 2,98 juta ton dari Maret tahun sebelumnya. Jika dikonversikan menjadi beras, hasilnya mencapai 5,15 juta ton, meningkat hampir 50 persen dari 3,43 juta ton beras pada Maret 2024.
Meskipun BPS memperkirakan penurunan produksi pada kuartal kedua 2025 (April–Juni) sebesar 1,04 juta ton dibandingkan tahun lalu, secara kumulatif Januari–Juni 2025 tetap menunjukkan pertumbuhan positif.
“Potensi luas panen pada periode April–Juni 2025 diperkirakan 3,38 juta hektare, memang turun 8,56 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Namun, secara keseluruhan luas panen pada semester I 2025 diperkirakan meningkat 11,9 persen menjadi 6,22 juta hektare,” kata Pudji.
Sebaran lokasi panen utama selama triwulan II. April berpusat di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Mei mencakup Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Juni kembali didominasi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat.
“Di tingkat grosir terjadi deflasi sebesar 0,21 persen secara bulanan dan 0,80 persen secara tahunan. Sementara di tingkat eceran, deflasi tercatat 0,05 persen MtM dan 1,42 persen YoY,” ujar Pudji.
Kombinasi antara proyeksi peningkatan produksi beras nasional dan harga yang relatif stabil membuka peluang besar untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan memasuki semester II-2025. Kendati demikian, dinamika iklim dan kelancaran distribusi tetap menjadi faktor krusial yang memerlukan perhatian guna memastikan kesinambungan pasokan beras nasional.
“BPS akan terus memantau perkembangan produksi dan harga beras agar pemerintah memiliki data akurat dalam mengambil kebijakan,” ujar Pudji.